Berhasil Dideportasi, Nathan Maung Ngadu Disiksa Militer Myanmar ke Dubes AS

- 28 Juni 2021, 22:27 WIB
Tangkapan layar foto Nathan Maung Jurnalis AS yang klaim dipukuli militer Myanmar.
Tangkapan layar foto Nathan Maung Jurnalis AS yang klaim dipukuli militer Myanmar. /Chrisdale/Reuters



ISU BOGOR - Jurnalis Amerika Serikat (AS) Nathan Maung mengadukan kondisinya selama penahanan 3 bulan oleh militer Myanmar ke dubes negaranya.

Nathan mulai berani bersuara setelah berhasil di deportasi ke negara adidaya tersebut.

Bukan tanpa alasan, sebab ternyata statusnya sebagai warga AS mujarab membuat militer Myanmar mengurangi kekerasan terhadapnya selama dalam tahanan.

 

Baca Juga: Sadis, Begini Cerita Nathan Maung, Jurnalis AS yang Klaim Dianiaya Militer Myanmar



Dia mengatakan pemukulan berkurang pada hari keempat, setelah mereka mengetahui bahwa dia adalah warga negara AS.

"Pada hari kedelapan, seorang kolonel datang, dia membuka kain penutup mata saya," kata Nathan Maung.

Nathan Maung bertemu dengan pejabat AS setelah pembebasannya dan mereka membantu dia dan keluarganya, kata kedutaan AS.

Pernyataannya itu juga mengungkapkan keprihatinan mendalam yang berkelanjutan atas penahanan jurnalis AS Danny Fenster, yang ditahan lebih dari sebulan lalu dan saudara lelakinya mengatakan bahwa dia diizinkan untuk berbicara dengan kedutaan AS untuk pertama kalinya minggu lalu.

Nathan Maung mengatakan bahwa kolonel telah merekam kesaksiannya dan bertanya apakah dia memiliki pernyataan untuk dibuat.

Ia meminta agar hak asasi manusianya dihormati dan bahwa dia memiliki seorang pengacara untuk membela diri dari tuduhan apapun.

 

Baca Juga: Jurnalis AS Nathan Maung Suarakan Derita Ribuan Tahanan Militer Myanmar Setelah Berhasil Dideportasi



Sementara, dikatakannya pula, kolonel telah mengatakan kepadanya bahwa dia tidak didakwa dengan kejahatan apa pun dan dia akan dibebaskan ketika situasinya sudah tenang.

Dalam kesaksianya pula, Nathan Maung mengaku dia telah bertemu orang lain yang telah dianiaya dan mendengar orang berteriak, memohon dan berteriak dari gedung lain.

“Beberapa orang mengalami siksaan yang lebih buruk dari kami. Ada seseorang bersama saya di sebuah ruangan selama dua hari. Tubuhnya penuh memar dan luka. Mereka meletakkan tangannya yang diborgol di atas meja dan memukul tangannya.

"Tulangnya tidak patah, tapi dia terluka parah dan kulitnya robek."

Namun, seorang juru bicara junta tidak menanggapi permintaan komentar di akun oleh Nathan Maung yang menggemakan ribuan orang lainnya itu.

Mereka menanggung penahanan sejak huru-hara yang terjadi setelah tentara menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada Senin, 1 Februari 2021.

Junta militer Myanmar malah mengatakan para tahanan diperlakukan sesuai dengan hukum.

"Tiga sampai empat hari pertama adalah yang terburuk," kata Nathan Maung kepada Reuters dalam wawancara telepon dari Virginia pada hari Jumat.

“Saya dipukul dan ditampar beberapa kali. Tidak peduli apa yang saya katakan, mereka hanya memukuli saya. Mereka menggunakan kedua tangan mereka untuk menampar gendang telinga saya berkali-kali. Mereka meninju tulang pipi saya di kedua sisi. Mereka meninju bahu saya. Saya tidak diizinkan untuk melakukannya. berdiri. Kaki saya bengkak. Saya tidak bisa bergerak lagi," katanya.

 

Baca Juga: Pasukan Pertahanan Rakyat Myanmar Antikudeta Dibekuk Militer, Senjata Disita



Nathan ditangkap miiliter Myanmar dengan tuduhan melanggar peraturan, atas peliputan kudeta terhadap Aung San Suu Kyi yang menumpahkan darah di negerinya.

Militer Myanmar yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi hasil pemilihan umum (pemilu) November 2020 terus diprotes warga dan menjadi sorotan internasional melalui media.

Sebenarnya, penangkapan Nathan Maung terkait portal online Kayamut Media yang dipimpinnya.

Pihak keamanan yang menahan Nathan dan banyak orang lainnya dikabarkan berlaku kasar dan sadis.

Nathan mengaku ditinju dan dipukuli tanpa ampun dalam tahanan. Pihak militer tak mau mendengar penjelasan yang ia berikan.

Meskipun ia lahir di Myanmar namun telah menjadi warga AS sejak tahun 1990-an setelah melarikan diri dan menjadi pengungsi.

Pihak militer Myanmar yang mengkapnya mulai kendur memukuli setelah mengetahui status kewarganegaraannya itu.

Halaman:

Editor: Chris Dale

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x