ISU BOGOR - Rusia memperkuat kerjasama dengan militer Myanmar soal keamanan kedua negara pada pertemuan Moskow pada hari Senin, 21 Juni 2021, disaat kekejaman kudeta terhadap Aung San Suu Kyi menjadi sorotan internasional.
Komitmen itu dinyataakan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev dan pemimpin junta Myanmar Jendral Senior Min Aung Hlaing.
Padahal Interfax melaporkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sebelumnya pada hari Senin itu mengatakan Presiden Vladimir Putin tidak akan bertemu Min Aung Hlaing.
Baca Juga: Kudeta Militer Bantai 860 Warga, Uni Eropa Boikot Aset dan Sanksi 8 Pejabat Myanmar
Baca Juga: Kudeta Berantakkan, Rakyat Myanmar Sudah Banyak yang Kelaparan, Paus Fransiskus Turun Tangan
dengan melanjutkan kunjungan bilateral dan kesepakatan senjata, aktivis HAM menuduh Moskow melegitimasi junta militer Myanmar, yang berkuasa dalam kudeta, Senin 1 Februari 2021.
Rusia mengklaim memiliki hubungan lama dengan Myanmar dan pada Maret 2021 menyatakan sangat prihatin dengan meningkatnya jumlah kematian warga sipil di Myanmar.
Hubungan pertahanan antara kedua negara telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir dengan Moskow memberikan pelatihan tentara dan beasiswa universitas kepada ribuan tentara Myanmar.