Bima Arya Keluhkan Sulitnya Urban Design Dihadapan Ahli Rancang Kota se-Indonesia

- 9 Desember 2021, 13:50 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya.
Wali Kota Bogor Bima Arya. /Tangkap layar Instagram/@bimaaryasugiarto

 

ISU BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya mengeluhkan sulitnya membuat urban design dalam menata kota dihadapan para ahli yang tergabung dalam Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI).

 

Hal tersebut disampaikan Bima Arya saat menggelar talkshow secara virtual dengan mengusung tema 'Refleksi Profesi Urban Design di Indonesia' dalam rangka Inagurasi Anggota IARKI 2021, Rabu 8 Desember 2021.

 

Acara talkshow dimoderatori Sekretaris Jenderal IARKI, Sibarani Sofian dengan salah satu panelisnya Wali Kota Bogor sekaligus Ketua Umum Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), Bima Arya.
 

 

Dalam diskusi itu Bima Arya berpandangan ada beberapa permasalahan yang menjadi kendala sulitnya urban designer atau urban planner untuk masuk membantu dalam penataan kota, di antaranya visi, kurangnya ASN yang paham terkait urban design atau urban planner.

 

Persoalan lain yang dihadapi adalah harmonisasi regulasi pusat dan daerah, memaduserasikan hak kepemilikan dan pengaturan bangunan, keberagaman versus keseragaman terkait ikhtiar inovasi daerah dalam mewujudkan desain wilayahnya sesuai dengan karakteristik yang dimiliki, sehingga jangan selalu diseragamkan oleh pusat.

 

"Visi menjadi persoalan utama pembangunan kota, tidak semua kepala daerah memiliki visi yang kuat terkait pembangunan kota, karena yang menjadi hambatan adalah ketika pemimpin daerah itu tersandera hutang pilkada, oligarki politik ekonomi sehingga tidak berpikir untuk jangka panjang (long term), tapi berpikir hanya untuk menggugurkan kewajiban atau hal-hal sifatnya prinsip," katanya.
 

 

Selanjutnya kata Bima Arya adalah kurangnya ASN yang paham urban design atau urban planner sehingga mimpinya besar tetapi output dan outcomenya standar atau biasa-biasa saja, bahkan seringkali tidak bagus.

 

Hal ini terjadi menurut dia, akibat dua persoalan utama yaitu kota yang tidak nyaman, tidak menjadi loveable city dan kota yang tidak berkarakter. Padahal ungkap di kota-kota di Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh menjadi kota yang berkarakter dengan local values, local wisdom dan local culture.

 

“Hari ini sudah banyak pemimpin-pemimpin di daerah yang sudah saling menginspirasi. Saya belajar banyak dari Kang Emil, Ibu Risma, Mas Azwar Anas dan banyak juga yang belajar tentang apa yang kita lakukan di Kota Bogor. Ini menjadi fenomena yang sangat baik, tapi permasalahannya sekarang adalah bagaimana mengkoneksikan para ahli rancang kota, para teman urban planner, urban designer bisa masuk mulai dari perencanaan. Kalau boleh disarankan masuknya dari zaman pilkada,” ujarnya.
 

 

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x