TERBARU: Milisi Antikudeta Myanmar Dianggap Teroris, 10 Mobil Lapis Baja Militer Gerebek Markas

- 23 Juni 2021, 06:58 WIB
Tak Cuma Menembak, Militer Myanmar Curi Makanan Hingga Hancurkan Rumah Warga dengan Sadis
Tak Cuma Menembak, Militer Myanmar Curi Makanan Hingga Hancurkan Rumah Warga dengan Sadis /AFP/

 

ISU BOGOR - Kelompok perjuangan masyarakat atau disebut milisi antikudeta di Kota Mandalay Myanmar yang digerebek militer hingga menewaskan 2 orang warga dianggap teroris.

Dikutip IsuBogor.com dari Reuters, milisi yang baru terbentuk itu tetap memerotes kudeta militer terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Kelompok masyarakat yang menentang junta militer Myanmar semula lebih banyak di pedesaan, kini diperkotaan mulai terbentuk.

 

Baca Juga: Tak Bisa Tahan Lagi, AS Akan Lacak Laporan Kekerasan Militer Myanmar Terhadap Warga Antikudeta

Baca Juga: Pertempuran Kembali Dimulai, Militer Myanmar Dikabarkan Serbu Milisi di Kota Mandalay Jatuhkan Korban

 

Junta menuduh gerakan kelompok-kelompok itu tergolong teroris, sehingga perlu ditumpas.

Milisi di Kota Mandalay akhirnya dikabarkan digerebek militer, dengan 10 mobil lapis baja, pada Selasa, 22 Juni 2021.

Anggota milisi pun menyeru, akan membalas kekejaman militer Myanmar yang menyebabkan rekan-rekannya tewas.

"Pertarungan telah dimulai. Akan ada lebih banyak pertempuran," kata seorang anggota milisi yang diidentifikasi sebagai Kapten Tun Tauk Naing melalui telepon.

 

Baca Juga: Militer Myanmar Terkungkung, Inggris Tambah Boikot 3 Aset Penyuplai Dana Kekejaman Kudeta

 

Suara tembakan berulang-ulang dapat terdengar dalam rekaman video yang diambil oleh seorang warga di Mandalay, tempat protes anti-kudeta.

Televisi Myawaddy milik tentara mengatakan di saluran pesan Telegramnya bahwa pasukan keamanan menggerebek sebuah rumah dan "teroris bersenjata" membalas dengan senjata kecil dan bom.

Malah disebutkan, jumlah korban lebih banyak, yaitu empat tewas dan delapan ditangkap dan beberapa anggota pasukan keamanan terluka parah.

Sementara itu, situs berita lokal Myanmar Now mengatakan sekitar 20 tentara melakukan serangan itu, memicu baku tembak, dan tiga kendaraan lapis baja dikerahkan.

 

Baca Juga: Kudeta Militer Bantai 860 Warga, Uni Eropa Boikot Aset dan Sanksi 8 Pejabat Myanmar

 

Pejabat lain dari kelompok milisi mengatakan kepada portal berita Mizzima bahwa enam anggotanya telah ditangkap dan dua tentara tewas.

Di sisi lain, seorang aktivis di Mandalay mengatakan kepada Reuters bahwa dia mendengar suara tembakan dan melihat sekitar 10 kendaraan lapis baja.

"Kami semua takut, tapi setidaknya kami tahu kami mendapat dukungan dari bangsa," katanya. "Semua orang di Myanmar tahu situasi di Mandalay sekarang."

Sekelompok kecil demonstran terlihat berkumpul di belakang milisi Mandalay, membawa spanduk dan membuat gerakan tiga jari yang melambangkan perlawanan terhadap kekuasaan militer.

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar. MRTV yang dikelola negara tidak melaporkan kerusuhan Mandalay selama siaran berita malamnya.

 

Baca Juga: Putin Dikabarkan Tidak Ingin Bertemu Min Aung Hlaing, Nyatanya Perkuat Kerjasama dengan Militer Myanmar

 

Atas kabar tersebut, Kedutaan Besar AS di Myanmar mengatakan di Twitter bahwa mereka melacak laporan pertempuran di Mandalay dan segera menyerukan penghentian kekerasan.

Militer telah menggunakan artileri dan serangan udara dalam menanggapi serangan gerilya terhadap tentara di tempat lain di Myanmar, yang telah menyebabkan korban di kedua sisi dan eksodus puluhan ribu orang.

Seperrti diketahui, Majelis Umum PBB pada Jumat, 22 Juni 2021 menyerukan penghentian aliran senjata ke Myanmar dan mendesak militer untuk menghormati hasil pemilihan November 2020 dan membebaskan tahanan politik, termasuk Aung Suu Kyi.

pempin terpilih hasil pemilihan umum, Aung Suu Kyi menghadapi berbagai tuduhan termasuk penghasutan, korupsi, dan pelanggaran rahasia resmi.

 

Baca Juga: Ledakan Misterius Sasar Pro Militer Myanmar, 2 Orang Tewas, 6 Orang Terluka

 

Dia muncul di pengadilan untuk persidangannya pada hari Selasa dan dalam keadaan sehat, kata pengacaranya. Pengacaranya mengatakan tuduhan itu tidak berdasar.

Ia dikudeta oleh militer Myanmar pada Senin, 1 Februari 2021 yang menyebabkan aksi demonstrasi besar-besaran terjadi hingga korban tewas mencapai ratusan orang.***

Editor: Chris Dale


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x