Perdana Menteri Malaysia Mundur, Refly Harun: Indonesia Masih Melihat Kekuasaan Sebagai Sumber Kenikmatan

- 17 Agustus 2021, 08:37 WIB
Perdana Menteri Malaysia Mundur, Refly Harun: Indonesia Masih Melihat Kekuasaan Sebagai Sumber Kenikmatan
Perdana Menteri Malaysia Mundur, Refly Harun: Indonesia Masih Melihat Kekuasaan Sebagai Sumber Kenikmatan /Tangkapan layar/Kanal YouTube Refly Harun

ISU BOGOR - Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin resmi mundur usai mengajukan surat pengunduran diri kepada Raja Sultan Abdullah Alam Ahmad Shah, Senin 16 Agustus 2021.

Menanggapi mundurnya Perdana Menteri Malaysia, Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun mengatakan jika mundurnya Muhyiddin Yassin bukan karena kesadaran sendiri.

"Karena terus menerus dikritik selama penanganan covid-19 dan Malaysia termasuk yang buruk walaupun rankingnya lebih baik dibandingkan dengan Indonesia," katanya di YouTube Refly Harun dikutip Isu Bogor Selasa, 17 Agustus 2021.

Baca Juga: Blak-blakan Refly Harun: Kalau Jokowi Sebagai Presiden Bahasanya Bukan Benci atau Tidak Benci

Ia menerangkan, sistem pemerintahan Indonesia dengan Malaysia berbeda. Malaysia menganut sistem parlementer.

"Jadi walaupun misalnya perdana menteri ngotot tidak mau mundur, tapi kalau anggota kabinetnya bubar, ya bubar juga," ungkapnya.

"Kalau dia kehilanagn dukungan dari mayoritas parlemen bubarjuga," sambung dia.

Baca Juga: Refly Harun: Mengatakan Presiden Lambang Negara Itu Menghina, Kenapa?

Kendati demikian, Refly Harun menyebut ada kelebihan dari sistem parlementer.

"Kalau orangnya hebat bisa puluhan tahun berkuasa, tetap harus mendapatkan dukungan mayoritas parlemen," jelasnya.

"Cuman memang kalau negeri yang korupsinya banyak yang anggota parlemennya bisa dibeli ya berat memang," tambah dia.

Baca Juga: Refly Harun Sebut Aparat Keamanan 'Norak' soal Menindak Mural 'Jokowi 404 Not Found'

Sementara pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensial. Preisden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.

"Jadi, tidak mungkin ada perselisihan dengan raja, karena rajanya tidak ada, kepala negaranya dia. Yang mungkin adalah kontrol dari parlemen, tapi parlemen tidak langsung juga," tutur dia.

"Tidak bisa misalnya anggota parlemen menyatakan mosi tidak percaya lalu pereidennya mundur walaupu kita punya TAP MPR. TAP MPR mengatakan kalau sudah tidak dipercaya oleh rakyat ya mundur, tidak usaha ngomong-ngomong lagi," bebernya.

Baca Juga: Sebut Jokowi Sedang Persiapkan Kekuatan Sendiri untuk 2024, Refly Harun: Ada Dilema di PDIP...

Menurut Refly Harun, Indonesia belum mencapai budaya negara yang belum menjunjung etika, ada perasaan kalau seandainya gagal atau berhasil.

"Indonesia masih melihat kekuasaan itu segaia sebuah sumber kenikmatan, sehingga siapa yang berkuasa maka semutnya banyak datang ke gula-gula kekuasaan tersebut," sebut dia.

"Dan merekalah biasanya yang paling menentang jatuhnya sebuah pemerintahan walaupun pemerintahan sudah dipersepsi tidak mampu lagi mengatasi masalah," pungkasnya. ***

Editor: Aulia Salsabil Syahla


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x