Ini Alasan Cak Nun Tak Mau Dipanggil ke Istana Negara, Diantaranya Takut Jokowi Turun!

3 November 2020, 21:45 WIB
Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun.* /Dok Caknun.com

ISU BOGOR - Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun mengungkap alasan tak pernah mau disuruh datang ke Istana negara, baik di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) maupun era sebelumnya, paska lengsernya Gus Dur (Abdurrahman Wahid).

Selain memiliki pengalaman menurunkan dan menampung orang nomor satu di negeri ini, Cak Nun juga menyebutkan lebih senang dipanggil/diundang rakyat atau maksimal pemerintah tingkat Kota/Kabupaten ke bawah.

"Sebab, saya tidak punya wewenang dan saya tidak mau, sebelum Allah memaksa saya, sebagaimana Soeharto dulu, saya dipaksa untuk menurunkan, kemudian Gus Dur saya naikan, kemudian Gus Dur dipecat, saya yang menampung dia, dan saya yang menampung dia (Gus Dur) keluar dari Istana," cerita Cak Nun disambut tepuk tanngan jama'ah maiyah.

Maka dari itu, sebagaimana dalam kanal YouTube yang diunggah akun Sabda Luhur, Selasa 3 November 2020, Cak Nun dihadapan para jama'ah Maiyah, meminta jangan menyuruh untuk mendatangi atau sampai dipanggil ke Istana Negara di era Presiden Jokowi ini.

Baca Juga: Kumpulkan Pemuka Agama, Presiden Jokowi Juga Kecam Aksi Kekerasan di Paris dan Nice

Baca Juga: Mahfud MD Sebut Jokowi Bakal Anugerahi Bintang Mahaputra ke Presidium KAMI, Netizen: Kok GN Dapat?

Baca Juga: Rayakan Awal Bulan November dengan Merchant Baru ShopeePay

"Sebab saya ke Istana Indonesia ini hanya 2 kali, kedua-duanya urusan menurunkan presiden".

Kalau kamu menyuruh saya kesana, berarti kamu menyuruh saya menurunkan Jokowi, saya tidak, saya tidak, ya saya tidak, saya sudah paham gini lho," jelasnya sambil menyadur satu dalil tentang Allah pernah mau menawarkan gunung-gunung, sama laut, sama bumi, untuk jadi khalifahku di dunia.

Cak Nun menambahkan, mereka semua menolak, akhirnya yang ditawarkan oleh Allah itu adalah manusia dan diterimanya.

"Memang manusia itu dzholuman dzahula, orang yang zalim dan bodoh, makhluk Allah yang bodoh dan zalim, itu namamya manusia, nah sekarang, kamu tanya soal jalan, soal sekolah gratis, kamu tanya soal pariwisata malang dan seterusnya, kalah sama batu," katanya.

Baca Juga: Media Prancis Soroti Kecaman Jokowi Soal Presiden Emmanuel Macron 'Menghina' Islam

Baca Juga: Prancis Menghina Nabi Muhammad, Jokowi Kecam Keras Presiden Emmanuel Macron

Selain itu, Cak Nun, mengaku memiliki kepercayaan kepada teori Allah tentang cara merubah Indonesia itu bukanlah manusia.

"Bukan kamu, kamu nggak bisa, orang penyakitnya sudah kebanyakan, sekarang saya tanya, seperti dalil ini Innallaha la yughayyiru ma bi qoumin, hatta yughayyiru ma bi anfusihim”. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah, keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri merubah keadaan," jelasnya.

Bahkan, Cak Nun mengaku kenapa tak mau dipanggil ke Istana karena tidak bisa merubah Indonesia, walaupun sudah sering bertemu pejabat negara.

 

"Bahkan presidennya siapapun, saya menolak mereka datang ke tempat saya, sebelum Pilpres (Pemilihan Presiden) sampai sekarang, karena apa, anda (calon presiden atau presiden) nggak kuat kalau saya kasih tahu, saya ini punya pendapat berbeda."

Bahkan, dalam kesempatan itu pula Cak Nun sempat menyindir pemerintah yang begitu menjengkelkan. "Kita itu orang yang pandai bersyukur, makanya orang jawa nggak mati-mati, rakyatnya Indonesia nggak mati-mati. Walaupun pemerintahnya menjengkelkan,"

Dalam video berdurasi 23.49 detik dengan judul 'Beginilah Alasan Cak Nun Tak Mau di Panggil ke Istana - Sinau Bareng Cak Nun Terbaru 2020 Maiyah' suami Novia Kolopaking itu menyanggah maksudnya menjengkelkan itu adalah bahasa budaya.

Baca Juga: Jokowi: Presiden Prancis Emmanuel Macron Telah Melukai Perasaan Umat Islam

Baca Juga: Diam-diam UU Ciptaker Ditandatangani Jokowi, eh Ternyata Keliru

"Sebentar-sebentar, walaupun lho, saya ngomong walaupun lho," ungkap Cak Nun yang sempat disambut riuh tepuk tangan jama'ahnya karena ucapan pemerintah menjengkelkan.

"Saya nggak ngomong fakta lho ya, saya cuma ngomong walaupun. Ini kan kalimatnya bukan kalima hukum, ini kalimat budaya namanya," klarifikasi Cak Nun ke Jama'ah Maiyah yang digelar rutin itu.

Menurutnya, kembali menegaskan, walaupun pemerintahnya menjengkelkan, rakyatnya tetap hidup nggak karu-karuan.

"Tetap hidup, sekarang lihat yang jualan itu ya. Tiap ada acara Maiyah seperti ini, yang jualan banyak sekali. Sampai ada mainan anak-anak, jualan kasur, segala macam, tidak ada rakyat yang kreatif dan rajin bekerja melebihi rakyat Indonesia," tegasnya disambut tepuk tangan.

Cak Nun mengungkapkan alasan tak mau bergabung atau masuk dalam sistem kekuasaan saat ini. Tapi Cak Nun mengaku tetap tidak marah-marah dan protes atau melakukan upaya-upaya untuk menjegal atau melengserkan pemerintah.

Baca Juga: Refly Harun: Presiden Jokowi Tidak Nyaman Dekat Dengan Kalangan PDIP

Baca Juga: Rizal Ramli Sebut Jokowi Banyak Dikelilingi Orang 'Islamofobia', Maka Sering di Demo Berjilid-jilid

"Saya itu nggak setuju (pemerintah) banyak hal. Tapi saya pemurahkan, saya kan nggak terus-terus marah, kan nggak. Orang saya ini dulu berdirinya negara ini juga kurang masalahat, tapi saya nggak jelaskan ke kamu, pokoknya pendapat saya seperti itu," paparnya.

Menurutnya, dari segi Undang-Undang Dasar (UUD) itu juga tidak membedakan, antara presiden, kepala pemerintahan dengan kepala negara.

"Misalnya pasal atau pasal berapa rek, presiden adalah kepala? umpamanya itu yang membuat masalah. Kepala negara itu beda sama kepala pemerintahan. Kepala rumah tangga, beda dengan kepala keluarga, beda," jelasnya.

Terkait dengan itu, ia menyebutkan saat ini KPK sekarang saja bawahannya presiden. "KPK itu bawahannya presiden, terus yang memeriksa presiden siapa?, Kok KPU bawahannya presiden, kan gitu, itu karena kesalahan undang-undang kita sendiri," katanya.

Baca Juga: Jokowi Dikuliahi Rizal Ramli Cara Berkuasa Lama Seperti Soeharto, Belanda dan PM Inggris

Baca Juga: 2 Jam Kuliahi Jokowi, Rizal Ramli Bongkar Penyebab Istana Sering di Demo

Tak hanya itu, hal tersebut juga sudah dirusak tidak karu-karuan, biar mudah mencuri dirubah menjadi Undang-undang tahun 2002.

"Jadi kalau ngomong NKRI harga mati, sudah mati dulu kok, sudah bukan Indonesia yang seperti ini sebenarnya. Makanya saya nggak mau ngurusi, kecuali Allah memaksa saya," jelasnya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler