Atasi Kelangkaan Tempat Tidur Pasien Covid-19, Ini Penjelasan Bima Arya

27 Januari 2021, 19:04 WIB
Bima Arya dalam dialog bertajuk ‘Kesiapan Rumah Sakit Darurat Daerah’ yang digelar Satgas Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Senin (25/1/2021). /Prokompim Kota Bogor/

ISU BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan perlu adanya sistem rujukan untuk mengatasi kelangkaan keterisian tempat tidur akibat tingginya kasus Covid-19 di Jabodetabek. Hal tersebut diungkapkan Bima Arya dalam dialog bertajuk ‘Kesiapan Rumah Sakit Darurat Daerah’ yang digelar Satgas Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Senin, 25 Januari 2021. 

 

“Jadi kemarin itu ada usulan dari Provinsi Jakarta, katanya Pemerintah pusat diminta bahasanya mengambil alih. Tapi saya kira poinnya begini, harus ada koordinasi yang lebih intens lagi untuk mengatasi kelangkaan keterisian tempat tidur,” ungkap Bima Arya.

“Salah satunya aplikasi sistem rujukan. Jadi warga itu bisa tahu yang kosong di mana. Datanya harus selalu diupdate. Saya itu sering ditelpon warga Jakarta, kawan-kawan atau saudara. Mereka bilang Jakarta penuh (ruang isolasi/ICU), Bogor bagaimana,” tambahnya.

Baca Juga: Hari Ini Gunung Merapi Erupsi Besar, Begini Penjelasan BPPTKG

Baca Juga: Lampung Diguncang Gempa Magnitudo 5,4

Menurut Bima, di Kota Bogor sudah membangun sistem rujukan itu. Tapi harus ditingkatkan lagi sehingga warga bisa meng-update secara realtime. “Saya pikir kalau di Jabodetabek ada sistem itu kan bagus bisa menolong warga. Tapi tantangannya memang bagaimana supaya data itu update. Kalau kosong ya kosong, kalau isi ya terisi. Semuanya harus diperbaharui oleh fasilitas kesehatan,” jelas Bima.

Pemkot Bogor, kata Bima, terus berikhtiar untuk menekan bed occupancy ratio (BOR) yang angkanya sempat melebihi 80 persen. “Kita sudah mengoperasikan RS Lapangan, lalu meminta seluruh rumah sakit rujukan menambah ruang isolasi dan ICU. Tapi kita tidak berhenti di sini, kita juga masih mempersiapkan tempat isolasi untuk OTG. Ada hotel yang sekarang dalam proses percepatan untuk bisa digunakan sebagai tempat isolasi OTG,” katanya.

“Kalau dua minggu lalu angkanya di atas 80 persen. Per hari ini BOR kita ada di angka sekitar 70 persen. Memang masih di atas ambang batas, tetapi saya melihat ada progres di sini. Rutin kami koordinasi dengan pimpinan RS untuk memastikan usaha-usaha mereka untuk menambah ruang isolasi dan ICU tadi,” terangnya

Baca Juga: The Daddies Menang di Laga Pertama BWF World Tour Finals

Baca Juga: Prediksi Manchester United vs Shef Utd, Ambisi Setan Merah Untuk Kembali Puncaki Klasemen

Lebih jauh Bima Arya memprediksi, hingga akhir 2021 nanti Kota Bogor akan mencatatkan 11.000 kasus positif akumulasi. Sehingga diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi skenario terburuk terjadi.

“Kami sudah punya angka-angkanya berdasarkan rekomendasi dari epidemiolog. Kami punya tim yang mengkalkulasi. Kalau misalnya tingkat efektivitas dari vaksin 80 persen, artinya jumlah target yang divaksin itu terpenuhi di Kota Bogor, kemudian angkanya baik, itu kemungkinan besar diakhri tahun akan ada 11.000 kasus positif akumulasi di Kota Bogor. 20 persen dari itu memerlukan perawatan di ICU. Ini sudah kita hitung dari sekarang, nambah di RS mana saja. Jadi setiap RS itu kita cek maksimal nambah berapa sampai Desember. Kalau RS sudah mentok kapasitasnya, baru kita buat di mana lagi untuk menambah ICU tadi,” beber Bima. ***

Editor: Chris Dale

Tags

Terkini

Terpopuler