Hal itu diungkapkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam perbincangangannya dengan mahasiswa dan dosen Universitas Harvard, sebagaimana dilaporkan Ukrinform, Rabu 28 September 2022.
"Hari-hari ini, Rusia berharap untuk mengumumkan pencaplokan baru atas wilayah pendudukan Ukraina. Ini telah dipersiapkan sejak lama, ini sudah jelas sejak lama. Kami melihat referendum palsu ini di wilayah-wilayah yang diinginkan Rusia," kata Zelensky.
"Dan kita tahu bahwa mobilisasi di Rusia diumumkan pada malam aneksasi kriminal baru ini bukan secara kebetulan. Tujuannya jelas - penjajah ingin membawa penduduk wilayah yang diduduki menjadi tentara. Entah Anda terbunuh, atau Anda membunuh - Rusia ingin memaksa ratusan ribu orang Ukraina di tanah yang diduduki untuk membuat pilihan seperti itu," kata Zelensky.
Baca Juga: Zelensky Bersumpah Ukraina Rebut Kembali Wilayah Donbas TImur, Biden: Mereka Akan Mengalahkan Rusia
Pada saat yang sama, ia mencatat bahwa tidak ada serangan sanksi pencegahan yang akan menunjukkan kepada Rusia bahwa mereka tidak akan dapat "melahap" bagian mana pun dari Ukraina.
"Ketika ada kekurangan tindakan pencegahan, ketika kepemimpinan diwujudkan setelahnya - sebagai tanggapan, dalam adaptasi terhadap konsekuensi negatif dari tindakan tertentu Rusia, ini menyebabkan hilangnya waktu, hilangnya peluang. Itu membuat jalan menuju perdamaian lebih lama," tambah Zelensky.
Seperti diberitakan sebelumnya, Rusia pada 23-27 September mengadakan referendum tentang aksesi wilayah yang diduduki sementara ke Federasi Rusia. Komunitas internasional tidak mengakui legalitas dari "ekspresi keinginan" yang dipentaskan seperti itu.
Pada 21 September, Putin menandatangani dekrit tentang mobilisasi "sebagian" di Rusia. Menurut laporan media, sebanyak 1,2 juta orang dapat dipanggil untuk berperang dalam perang Rusia di Ukraina.***