Putin Coba Hancurkan Identitas Ukraina, Ini Kata Sejarawan Spesialis Uni Soviet

- 4 Maret 2022, 16:30 WIB
Putin Coba Hancurkan Identitas Ukraina, Ini Kata Sejarawan Spesialis Uni Soviet
Putin Coba Hancurkan Identitas Ukraina, Ini Kata Sejarawan Spesialis Uni Soviet /Reuters
ISU BOGOR - Presiden Rusia Vladimir Putin diduga hendak menghancurkan identitas Ukraina yang dalam beberapa dekade terakhir kian bangkit, kata sejarawan spesialis Uni Soviet.

“10, 20, 30 tahun terakhir (Rusia) telah melihat kebangkitan identitas Ukraina. Dan sekarang, Putin mencoba menghancurkannya,” kata Alexander Motyl, seorang profesor ilmu politik di Universitas Rutgers di Newark dan seorang spesialis di Rusia, Ukraina, dan Uni Soviet.

Dikutip dari Foreign Policy, Jumat 4 Februari 2022, Putin menginvasi Ukraina didasarkan pada pernyataan genosida yang terjadi di Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk.

Baca Juga: Jenderal Top Rusia Dilaporkan Tewas oleh Penembak Jitu Ukraina, Begini Kondisinya

Menurut Alexander Motyl, itu hanyalah modus operandi dari klaim bahwa Ukraina itu seharusnya tidak ada. Hal tersebut menjadi distorsi sejarah Ukraina dan Rusia.

Lantas Motyl mencoba melihat konflik Rusia dan Ukraina secara luas adalah bagian dari permainan terakhir atau end game dari kepemimpinan Putin tentang masa lalunya.

"Intensifikasi pembantaian tidak mengejutkan saya. Saya terkejut bahwa [Putin] menyerang karena itu tidak masuk akal—dan itu tetap tidak masuk akal.

Baca Juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Selamat dari Tiga Upaya Pembunuh Bayaran Rusia

"Tetapi fakta bahwa dia menaikkan taruhan dalam dua hari terakhir—target sipil, apartemen, rumah, sekolah—sebenarnya mengikuti secara logis," tegas Motyl.

Kemudian, Motyl teringat pada apa yang Putin lakukan di Chechnya dalam Perang Chechnya Kedua. Rusia meratakan ibu kota, Grozny.

"Itu tampak seperti Dresden, [Jerman], setelah Perang Dunia II. Ingat apa yang dia lakukan di sejumlah kota Rusia pada tahun 1999 ketika dia memiliki gedung apartemen yang dibom dan menyalahkan orang-orang Chechen sebagai dalih untuk perang," katanya.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Foreign Policy


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x