Bogor Kembali Diguyur Hujan Es Sebesar Kepala Jari, Ini Penjelasan Ilmiahnya

23 September 2020, 19:41 WIB
TANGKAPAN layar video hujan es yang beredar.* /Jabar Saber Hoaks/

ISU BOGOR - Bogor kembali diguyur hujan es sebesar kepala jari, pada Rabu petang, 23 September 2020. Sehingga fenomena alam tersebut membuat heboh sebagain warga Kota Bogor yang diguyur hujan es.

Pasalnya, hujan es tersebut turun bersamaan dengan hujan deras yang terjadi di seluruh Kota Bogor pada pukul 17.00 WIB. Namun, paling mencolok terjadi di Kayumanis, Tanah Sareal, Kota Bogor.

Selain akibat cuaca ekstrim, lalu apa penyebab terjadinya hujan es, ini penjelasan ilmiahnya tentang fenomena hujan es yang kerap melanda Kota Bogor.

Baca Juga: Kenapa Bogor Sering Hujan Es ? Begini Penjelasan BMKG

Dilansir dari laman National Geographic, Senin 21 Januari 2020 hujan es seperti yang terjadi di Bogor itu terbentuk ketika tetesan air membeku bersama di daerah atas awan badai yang dingin.

Sebagian besar hujan es berukuran antara 5 mm hingga 15 cm. Bentuknya cukup beragam dari yang bundar hingga sedikit lebih bergerigi.

Hujan es, dalam ilmu meteorologi disebut juga hail, adalah presipitasi yang terdiri dari bola-bola es. Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku.

Es yang terjadi dengan proses ini biasanya berukuran besar. Karena ukurannya, walaupun telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat, tidak semua es mencair.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Kota Bogor Diguyur Hujan Es Sebesar Kepala Jari

Hujan es tidak hanya terjadi di negara subtropis, tetapi bisa juga terjadi di daerah ekuator.

Proses lain yang dapat menyebabkan hujan es adalah pembekuan, di mana uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih-benih es. 

Karena terjadi pengembunan yang mendadak maka terbentuklah es dengan ukuran yang besar.

Hujan es disertai puting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis (CB) di dekat permukaan bumi.

Dapat juga berasal dari awan multisel, dan pertumbuhannya secara vertikal, dengan luasan area horizontalnya sekitar 3 – 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3 – 5 menit atau bisa juga 10 menit tetapi jarang.

Baca Juga: DIdakwa Kasus Pencucian Uang, Jaksa Pinangki Penampilannya Bikin Heboh di Sidang Perdana Tipikor

Karena itu peristiwa ini hanya bersifat lokal dan tidak merata, jenis awan berlapis-lapis ini menjulang kearah vertikal sampai dengan ketinggian 30.000 kaki lebih.

Jenis awan berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulo Nimbus (CB).

Fenomena Hujan Es di Dunia

Hujan es berbeda dengan hujan beku. Bila hujan beku jatuh dalam bentuk air dan kemudian membeku ketika mendekati tanah atau akan jatuh.

Sementara itu, hujan es benar-benar jatuh sebagai benda padat.

Hujan es telah terjadi di banyak belahan dunia. Badai hujan es yang mematikan telah terjadi pada 1888 di Moradabad, India.

Baca Juga: Ini Sosok Selebgram Liya Nurzeftian yang Foto KTP-nya Viral di Media Sosial

Kejadian tersebut telah menewaskan lebih dari 250 orang.China juga sering mengalami badai hujan es, seperti halnya bagian dari Amerika Serikat bagian barat tengah.

Hujan es dapat menyebabkan kerusakan ekstrem pada bangunan, kendaraan, dan tanaman. Tidak mengherankan, orang telah mencoba menemukan cara untuk mencegah hujan es.

Pada abad ke-18, orang Eropa mulai mencoba mencegah hujan es dengan menembakkan meriam ke awan dan membunyikan lonceng gereja.

Pada abad ke-20, Rusia dan Amerika Serikat mencoba penyemaian awan, di mana menambahkan partikel kimia ke awan dari roket atau pesawat terbang .

Penyemaian awan dianggap mampu mengendalikan hujan dan hujan es.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: National Geographic

Tags

Terkini

Terpopuler