Turki Kian Meradang karena Presidennya Dilecehkan Media Prancis Penghina Nabi Muhammad

- 28 Oktober 2020, 16:09 WIB
Karikatur Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di halaman depan media Prancis Charlie Hebdo yang sempat lecehkan dan hina Nabi Muhammad.*
Karikatur Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di halaman depan media Prancis Charlie Hebdo yang sempat lecehkan dan hina Nabi Muhammad.* /Twitter @CharlieHebdo

ISU BOGOR - Turki semakin meradang setelah Presidennya Recep Tayyip Erdogan dilecehkan oleh media satir Prancis Charlie Hebdo yang sempat melecehkan Nabi Muhammad SAW.

Pemerintah Turki mengecam 'media kesayangan' Presiden Prancis Emmanuel Macron karena dengan sengaja kembali mengumbar kebencian. Charlie Hebdo menerbitkan karikatur Erdogan saat situasi negara sedang tegang.

Kartun teresebut menunjukkan pemimpin Turki sedang duduk-duduk santai hanya mengenakan celana dalam, sambil memegang bir dan tangan sebelahnya lagi mengangkat rok seorang wanita yang mengenakan jilbab, dengan memperlihatkan bagian belakangnya.

Baca Juga: Turki Diguncang Gempa Dahsyat Magnitudo 7.0 hingga Menimbulkan Tsunami

Baca Juga: UAS Tanggapi Prancis Hina Nabi Muhammad: Ini Kejahatan Terstruktur Pembusukan Umat Islam

Baca Juga: Erdogan: Tak Ada Gunanya Menanggapi Charlie Hebdo Bajingan, Saya Marah karena Nabi Muhammad Dihina

"Oh, Nabi! kartun Erdogan berseru. "Erdogan: secara pribadi, dia sangat lucu." tulis judul halaman depan Charlie Hebdo yang terbit Selasa 27 Oktober 2020.

Presiden Turki Erdogan.
Presiden Turki Erdogan. pixabay.com/geralt

Saat itu juga, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengecam majalah tersebut karena sampulnya, menyerukan kepada komunitas internasional untuk "berbicara menentang aib ini."

“Anda tidak bisa menipu siapa pun dengan bersembunyi di balik kebebasan berpendapat! Saya mengutuk publikasi tidak bermoral dari kain Prancis yang tidak dapat dimaafkan tentang Presiden kita,” tweetnya.

Baca Juga: Ribuan Orang Bakal Kepung Kedubes Prancis di Jakarta Senin 2 November 2020, Polisi Mulai Antisipasi

Baca Juga: Boikot Produk Tak Efektif, Ekonom Eropa Bocorkan Jenis Barang Ini yang Bisa 'Lumpuhkan' Prancis

Direktur Komunikasi Turki, Fahrettin Altun, melangkah lebih jauh dengan menyarankan bahwa majalah tersebut telah dibesarkan oleh pemerintah dan Presiden Prancis.

“Agenda anti-Muslim Presiden Prancis Macron membuahkan hasil! Charlie Hebdo baru saja menerbitkan serangkaian yang disebut kartun penuh dengan gambar tercela yang konon adalah Presiden kita. Kami mengutuk upaya paling menjijikkan dari publikasi ini untuk menyebarkan rasisme dan kebencian budayanya,” tulisnya.

Dalam serangkaian tweet lanjutan, juru bicara tersebut menegaskan kembali bahwa Turki menentang "setiap tindakan terorisme atas nama Islam."

"Namun, kami tidak akan tinggal diam dalam menghadapi serangan yang menjijikkan terhadap budaya dan agama kami tidak peduli dari mana asalnya," sumpah Altun.

Baca Juga: Kontroversi Presiden Prancis Macron: Pogba Meradang, Tuntut Media Penyebar Berita Hoax Catut Namanya

Sampul majalah provokatif itu muncul di tengah pertengkaran verbal yang sedang berlangsung antara Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, menyusul pembunuhan mengejutkan guru sekolah Prancis Samuel Paty, yang dipenggal oleh seorang pengungsi Chechnya setelah komunitas Muslim setempat mengecamnya karena mengajarkan pelajaran tentang kebebasan berekspresi sambil memamerkan kartun Charlie Hebdo dari Nabi Muhammad.

Macron telah menindak ekstremisme Islam dan berjanji untuk menjunjung nilai-nilai sekuler, dengan mengatakan bahwa Prancis "tidak akan melepaskan kartun kami".

Komentarnya memicu tanggapan keras di seluruh negara Muslim. Erdogan sendiri telah mempertanyakan kapasitas mental Macron dan meminta rekan senegaranya untuk memboikot produk Prancis.

Baca Juga: Presiden Prancis 'Serang' Islam, PM Pakistan Surati Mark Zuckerberg Blokir Konten Islamofobia

Charlie Hebdo telah menjadi sasaran kartun pembakar di masa lalu. Pada 2015, 12 orang tewas ketika teroris Islam menyerbu kantor majalah di Paris. Majalah tersebut telah berubah lokasinya, dengan alamat baru dirahasiakan demi alasan keamanan.

Awal tahun ini, Charlie Hebdo mencetak ulang beberapa kartunnya. Tak lama kemudian, seorang pria bersenjatakan pisau melukai dua orang di luar bekas kantor majalah itu. Serangan itu dicap sebagai "tindakan terorisme Islam" oleh menteri dalam negeri Prancis.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: RT.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x