Untuk itu surat edaran agar diikuti mulai dari kepada daerah, kepala dinas kota/kabupaten, rumah sakit, labotarium, hingga klinik.
“Sehubungan dengan hal tersebut, kepada pihak terkait agar menginstruksikan fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan Rapid test antibodi agar mengikuti batas maksimal batas tarif tertinggi Rp150.000 atas permintaan sendiri,” bunyi surat.
Salah satu penggiat media sosial, Rudi valinka dalam cuitannya di Twitter menuliskan, tidak setuju dilakukan Rapid test dan semestinya Indonesia melakukan Swab test atau polymerase chain reaction (PCR) test.
“Walau gue sangat tidak setuju dengan Rapid Test di Indonesia karena hasilnya kagak jelas banget. Tapi info ini harus disampaikan bahwa kemenkes menetapkan Harga Rapid Test di batasi Maksimal Rp. 150.000 disemua faskes,” cuitnya.
Walau gue sangat tidak setuju dengan Rapid Test di Indonesia karena hasilnya kagak jelas banget.
Tapi info ini harus disampaikan bahwa kemenkes menetapkan Harga Rapid Test di batasi Maksimal Rp. 150.000 disemua faskes. pic.twitter.com/GcWXfdrWXG— Rudi Valinka (@kurawa) July 7, 2020
Cuitan Rudi melalui akun @kurawa sudah 200 kali diretuit akun, disukai 200 akun, dan dikometari 23 akun sejak diposting pukul 17.00.***