Xi Jinping Menentang Putin karena China Tak Mau Ambil Risiko Hubungan dengan Barat Pecah

- 19 Maret 2022, 16:46 WIB
Xi Jinping Menentang Putin, China Ogah Ambil Risiko Hubungannya dengan Barat Terkait Perang Rusia Ukraina
Xi Jinping Menentang Putin, China Ogah Ambil Risiko Hubungannya dengan Barat Terkait Perang Rusia Ukraina /Sputnik/Sergey Guneev
 
ISU BOGOR - Presiden China Xi Jinping dikabarkan berbalik menyerang Vladimir Putin di tengah invasinya ke Ukraina. Hal itu dipicu lantaran Xi Jinping tak mau ambil risiko hubungannya dengan Barat jadi terganggu.

Seperti diketahui Barat sedang berusaha untuk benar-benar memutuskan hubungan energi dengan Rusia untuk melumpuhkan ekonominya karena terus melancarkan serangan ke Ukraina.

Strategi energi baru Uni Eropa menjabarkan rencana untuk menghapus impor minyak dan gas Rusia sebanyak dua pertiga pada akhir tahun.

Baca Juga: Uni Eropa Pastikan China Akan Beri Bantuan Militer ke Rusia

Inggris juga telah berkomitmen untuk menghentikan impor minyak Rusia pada akhir tahun, sementara AS telah memberlakukan larangan impor minyak, gas alam cair, dan batu bara.

Karena langkah-langkah ini kemungkinan akan memberikan pukulan telak bagi kerajaan energi Rusia, para ahli memperkirakan bahwa Putin akan melihat ke China sebagai mitra alternatif untuk membantu melunakkan dampaknya.

Dengan pipa gas yang direncanakan, Power of Siberia yang dapat menggandakan ekspor Rusia ke China dengan mengangkut hingga lima puluh miliar meter kubik lebih banyak gas alam setiap tahun, sepertinya Putin telah membuat rencana induk.

Baca Juga: China Beri Jawaban Menohok saat NATO Minta Tak Dukung Rusia: Tidak Perlu Ceramah

Dilansir dari Express UK, Sabtu 19 Maret 2022, disebutkan karena China ragu-ragu untuk mengkritik Putin karena menginvasi Ukraina, sepertinya Xi Jinping terbuka untuk memperdalam hubungan Rusia lebih lanjut.

Tapi sekarang, nada di China tampaknya telah berubah. Itu terjadi ketika media China mulai melaporkan kausalitas Rusia dalam perang Ukraina, setelah liputan sebelumnya tampaknya menyelaraskan liputan Moskow yang lebih dekat.

CGTN, saluran berita TV yang dikelola negara di China, men-tweet rekaman tank Rusia yang menembaki seorang warga sipil di Mariupol yang direalisasikan oleh pasukan Ukraina.

Baca Juga: Pakar Kebijakan Luar Negeri AS Sebut Korea Utara, Iran dan China Bentuk Poros Horor Rudal Nuklir

The People's Daily, sebuah surat kabar yang dikelola pemerintah, melaporkan bahwa 14.000 tentara Rusia setelah kementerian luar negeri Ukraina mengumumkan informasi tersebut.

Danil Bochkov, dari Dewan Urusan Internasional Rusia, mengatakan bahwa Beijing mungkin menjauhkan diri dari Moskow untuk menghindari risiko hubungannya dengan Barat.

"Satu poin lagi untuk perdebatan bahwa China tidak akan mengambil risiko hubungannya dengan Barat. China meningkatkan pembelian jagung dari AS karena over Ukraina," tulis Danil Bochkov di Twitter.

Baca Juga: Dampak Perang Rusia Ukraina, Jet Pribadi Oligarki Putin Tinggalkan Moskow Menuju Dubai

China membeli 200.000 ton jagung dari AS pekan lalu, tertinggi sejak Desember. China khawatir perang akan mempengaruhi ekspornya."

Tapi ini juga terjadi setelah China melonggarkan pembatasan impor gandum Rusia. Para ahli mengatakan langkah itu akan membawa dorongan bagi kedua negara.

Perjanjian tersebut memberi Rusia pembeli yang aman ketika ekspor ke negara lain terkena sanksi, sementara China akan mendapatkan dorongan dalam produksi pertanian dan dapat mendiversifikasi impornya, sesuatu yang diinginkan oleh Jinping.

Analis dari Goldman Sachs menulis dalam sebuah laporan penelitian: "Ketidakpastian seputar sanksi potensial mulai menciptakan kejutan pasokan potensial.

"Dalam pandangan kami, sampai ketidakpastian di sekitar situasi yang meningkat dengan cepat diselesaikan, risiko harga komoditas tetap condong ke atas, dengan eskalasi lebih lanjut kemungkinan akan mengirim harga gas alam, gandum, jagung, dan minyak Eropa lebih tinggi dari level yang sudah meningkat."

Para analis mengatakan bahwa karena ini, komoditas dan bahan mentah Rusia kemungkinan akan "dialihkan ke China" karena Barat berhenti mengimpor dari Rusia.***



Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x