Donald Trump Sebut AS Harus 'Mengebom' Rusia dengan Pesawat Militer Berbendera China: Kemudian Mereka Mulai...

7 Maret 2022, 09:09 WIB
Donald Trump Sebut AS Harus 'Mengebom' Rusia dengan Pesawat Militer Berbendera China: Kemudian Mereka Berkelahi /Reuters
ISU BOGOR - Mantan Presiden AS Donald Trump menyebut Amerika harus 'mengebom' Rusia dengan pesawat militernya yang dipasang bendera China.

Usulan bendera palsu pada jet tempur F-22 AS itu disambut tawa oleh sekitar 250 donatur utamanya di New Orleans, Lousiana, sebagaimana dilanasir Express Uk, Senin 7 Maret 2022.

Menurut rekaman pidato yang diperoleh The Washington Post, Donald Trump mengatakan kepada hadirin bahwa setelah pesawat militer AS itu 'mengebom' Rusia maka yang disalahkan China.

Baca Juga: Penyesalan Letkol Rusia yang Ditangkap Ukraina: Kami Membawa Kesedihan...

"[Kemudian] kami katakan - China melakukannya, kami tidak melakukannya, China melakukannya, dan kemudian mereka mulai berkelahi satu sama lain dan kita duduk dan menonton," kelakar Donald Trump.

Selanjtnya, Donald Trump menggambarkan invasi Rusia ke Ukraina saat ini benar-benar sebagai bentuk kejahatan besar-besaran terhadap kemanusiaan.

Baca Juga: Presiden Ukraina 'Putus Asa' Minta AS Segera Kirim Jet Tempur karena Angkatan Udaranya Dihancurkan Rusia

"Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi. Kita tidak bisa terus membiarkan itu terjadi."

Namun, Donald Trump sebelumnya telah mengeluarkan pernyataan yang menyarankan Presiden ke-45 itu tidak mendukung konflik.

"Seharusnya tidak ada perang yang dilancarkan sekarang di Ukraina, dan sangat mengerikan bagi umat manusia bahwa Biden, NATO, dan Barat telah sangat gagal dalam membiarkannya dimulai," ungkap Donald Trump.

Baca Juga: Presiden Ukraina Kabur ke Polandia dan Sembunyi di Kedutaan Besar AS, Ini Tanggapan Zelensky

Trump mendapat tekanan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk dari sesama rekan partai Republik, setelah dia menggambarkan Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai sosok yang "jenius".

Presiden ke-45 itu bahkan mengklaim invasi tidak akan terjadi jika dia kembali ke Oval Office setelah pemilihan umum terakhir.

Trump, yang telah menjadi kritikus tegas NATO saat berada di Gedung Putih, juga menggambarkan tanggapan aliansi terhadap krisis serupa dengan "macan kertas".

Baca Juga: Wamenlu AS: Presiden Putin Harus Akhiri Perang Ini, Jika Tak Ingin Menderita

Namun Mike Pence, yang menjabat sebagai Wakil Presiden Trump, berbeda pendapat dengan mantan bosnya di NATO.

Mike Pence, yang berselisih dengan Donal Trump setelah menolak untuk memblokir sertifikasi Pemilihan Presiden 2020, mengatakan hal tersebut harusnya ditanyakan pada diri sendiri.

"Kepada mereka yang berpendapat bahwa ekspansi NATO entah bagaimana bertanggung jawab atas invasi Rusia ke Ukraina, tanyakan pada diri Anda, di mana teman-teman kita akan Eropa Timur menjadi hari ini jika mereka tidak berada di NATO?" ungkap Mike Pence.

Namun, banyak orang Ukraina tampaknya percaya NATO belum berbuat cukup untuk membantu Kiev.

Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Lord Ashcroft, 65 persen responden mengatakan aliansi militer tidak cukup.

Hanya 23 persen yang mengatakan NATO saat ini sudah cukup.

Hanya sebagian kecil responden yang menyatakan bahwa Uni Eropa melakukan cukup, dengan pembagian 46 persen menjadi 45 persen.

Terlepas dari pidato Kenegaraan Joe Biden baru-baru ini, hanya 44 persen responden Ukraina yang mengklaim bahwa AS sudah cukup.

Padahal, 49 persen mengatakan belum cukup. Namun, Inggris menduduki puncak jajak pendapat Lord Aschroft dengan 53 persen mengatakan Inggris telah melakukan cukup dan hanya 35 persen menyarankan Inggris bisa berbuat lebih banyak.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler