Rocky Gerung Sebut Waspada Perang China dan AS di Laut China Selatan: Keputusan Indonesia Ditunggu

20 September 2021, 09:45 WIB
Rocky Gerung Sebut Waspada Perang China dan AS di Laut China Selatan: Keputusan Indonesia Ditunggu /Tangkapan layar/Kanal YouTube Rocky Gerung Official

ISU BOGOR - Pengamat Politik Rocky Gerung mengaku lebih penting mewaspadai ketegangan China dan AS di Laut China Selatan, ketimbang isu-isu radikalime atau Taliban di dalam negeri.

"Bahaya China di skala dunia dan itu harus di kontain pertama-tama di kawasan Asia Tenggara, sebagai wilayah paling rentan," katanya di Channel YouTube Rocky Gerung.

Sebab, Asia Tenggara, kata Rocky Gerung dalam menghadapi perang China-AS itu langsung berhadapan dengan kemampuan armada China yang sudah digelar di Laut China Selatan.

Baca Juga: China Diambang Perang dengan AS karena Xi Jinping Dikabarkan Sudah Hilang Kesabaran

"Jadi bagian ini betul-betul menunjukan buzzer ini, disuruh-suruh aja oleh penggunanya. Jadi dia bukan orang yang bisa berpikir," ungkap Rocky Gerung.

Adapun orang yang bisa berpikir, kata Rocky Gerung juga tidak bisa mengucapkan pikirannya, karena tak memiliki posisi.

"Selama presiden tidak tahu mau ngomong apa. Bahwa memang kita juga tahu presiden tidak bisa bicara di forum internasional, sehingga publik internasional menunggu," kata Rocky.

Baca Juga: Xi Jinping Terancam Dilengserkan, Mantan Diplomat Sebut Rezim China Secara Batin Lemah

Menurut Rocky Gerung, dari ketegangan di Laut China Selatan itu, publik internasional menunggu reaksi dari Indonesia.

"Orang anggap bahwa, akhirnya pak Prabowo yang dikasih semacam eksposure bahwa China Selatan itu rada-rada aman untuk Indonesia, karena Indonesia punya Kapal Perang Freegate untuk mencegah ekspansi China Selatan," ungkap Rocky Gerung.

Akan tetapi, kata Rocky Gerung langkah antisipasi yang dilakukan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo tentang kapal Freegate itu persoalan kecil.

Baca Juga: Tagar 'Proyek Jebakan China' Trending, Netizen Singgung Pembangunan hingga Made In China

"Tetapi armada laut China telah massif yang skalanya itu tidak bisa lagi diukur dengan satu, dua skuadron Indonesia, atau pasukan armada barat Indonesia mau digelar disitu," ungkap Rocky Gerung.

Menurutnya, Indonesia dituntut untuk memberi kepastian dan jangan masuk ke dalam diplomasi yang terlalu lunak.

"Jangan terlalu cengeng, seolah-olah bebas aktif, padahal sebetulnya harus ada keputusan itu," tegasnya.

Baca Juga: Netizen Korea Bereaksi Terhadap Undang-Undang Baru China yang Larang Idola Pria Terlihat Terlalu Feminim

Seperti diketahui, China diambang perang dengan AS dikarenakn Xi Jinping sudah kehilangan kesabaran terkait krisis di Taiwan.

Hal tersebut diungkapkan Mantan Wakil Direktur MI6 Nigel Inkster yang memperingatkan bahwa upaya damai antara China dengan AS sudah tidak memungkinkan lagi.

Menurutnya China hampir menyimpulkan bahwa upayanya untuk mengambil alih Taiwan hanya akan berhasil "melalui upaya militer".

Nigel Inkster mengatakan kepada LBC pagi ini bahwa kemungkinan konfrontasi militer antara China dan AS jika diukur dalam skala 1-10, yaitu setinggi delapan.

Seperti diketahui, pada hari Jumat, angkatan udara Taiwan bergegas untuk memperingatkan 10 pesawat China yang memasuki zona pertahanan udaranya.

Sehari sebelumnya, Taiwan telah mengumumkan peningkatan USD 9 miliar yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk pengeluaran militer untuk melawan ancaman dari China.

Ada juga kekhawatiran bahwa pakta pertahanan Aukus yang baru ditandatangani antara Inggris, AS dan Australia dapat menyebabkan Inggris terseret ke dalam perang dengan China atas Taiwan.***

 

 

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler