Emil Sebut Penularan Covid-19 Kota Bogor Terendah, Tapi Bima Arya 'Perpanjang' PSBB Jadi Pra AKB?

- 3 Juli 2020, 10:26 WIB
WALI Kota Bogor Bima Arya.*
WALI Kota Bogor Bima Arya.* / Amir Faisol/PR/

ISU BOGOR - Meski Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil alias Kang Emil menyebutkan Bogor sebagai Kota yang paling rendah angka tingkat penularan atau reproduksi (Rt) Covid-19 di Bodebek, selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Proporsional, tapi kenapa Pemkot belum mau menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) secara full atau penuh?

Berikut penjelasan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto yang lebih memilih keputusan PSBB 'diperpanjang' dengan istilah fase Pra AKB selama sebulan kedepan, terhitung hari ini Jumat 3 Juli 2020.

Dalam keterangan persnya di Balai Kota Bogor, Kamis 02 Juli 2020, Bima Arya menyampaikan sejumlah alasan maupun pertimbangan dan poin-poin tentang penerapan Pra AKB di Kota Bogor, diantaranya menyangkut kelonggaran aktifitas berbagai sektor.

Baca Juga: Besok PSBB Pra AKB Kota Bogor dengan Ketentuan Operasional

Menurutnya, pertarungan melawan Covid-19 ini adalah ibarat lari marathon. Sehingga strateginya juga harus jangka panjang. Walaupun ada data-data yang relatif membahagiakan dan sangat baik.

"Tetapi cara pandang kita tetap cara pandang marathon tadi. Misalnya mau lari 10 KM, lalu hingga kilometer ke-5 catatan waktunya masih baik, tapi belum tentu di kilometer ke-6 atau ke-7 kita bisa tetap baik. Barangkali bisa tidak sampai garis finish. Jadi, data-data itu kita sikapi betul-betul perspektif jangka panjang. Strateginya harus matang," ungkap Bima Arya.

Ia mengakui bahwa angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19 di Kota Bogor merupakan paling rendah dibanding daerah lain di Bogor, Depok, Bekasi (Bodebek) sebagai mana diungkapkan Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang menyebut angka Rt Kota Bogor 0,33.

Baca Juga: Bima Arya: Penanganan Covid-19 Ibarat Lari Maraton

Sekedar diketahui Virus corona yang baru, atau dikenal dengan sebutan resmi Sars-CoV-2, punya angka reproduksi 3, namun perkiraannya beragam. Apabila angka reproduksi lebih tinggi dari satu, maka jumlah kasus bisa meningkat secara signifikan seperti bola salju yang bergulir. Namun, jika angkanya lebih rendah, penyakit itu lama-kelamaan akan menghilang karena tidak banyak orang baru yang tertular.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: PR Isu Bogor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x