Fenomena Komet Lintang Kemukus di Belahan Dunia, Mitos Pertanda Perang Sampai Isu Kiamat

- 12 Oktober 2020, 11:01 WIB
Ilustrasi komet atau Lintang Kemukus menghantam bumi.
Ilustrasi komet atau Lintang Kemukus menghantam bumi. /

Mitos Lintang Kemukus

Khususnya di Jawa, kemunculan komet yang disebut Lintang Kemukus dikaitkan atau sebagai pertanda akan munculnya kerusuhan, kekacauan, perang, kelaparan, kematian, bencana, atau wabah penyakit (Maas/Tijdschrift, 1924).

Namun, ada pula kisah atau mitos muasal keterjadian komet. Tinjau budaya di pulau Jawa bagian tengah (Solo dan Yogyakarta). Terdapat mitos tentang Lintang Kemukus pada manuscript Babad Tanah Jawi.

Bila mendengar Babad Tanah Jawi, sebenarnya ada ragam versi. Misal “Serat Babad Segaluh dumugi Mataram” (Babad Galuh-Mataram) dan “Serat Babad Tanah Jawi”.

Ada pula “Babad Pajajaran” yang isinya sebenarnya Babad Tanah Jawi yang mana didalamnya terdapat cerita tentang pertempuran antara Prabu Brawijaya (Jaka Suruh) dengan Siung/Tiung/Ciung Wanara hingga kisah penyerbuan Penembahan Senapati (Mataram) ke Pajang.

Baca Juga: Tidak Puas dengan UU Omnimbus Law Cipta Kerja, Opsi Wali Kota Bogor Bima Arya Judicial Review ke MK

Kisah Lintang Kemukus berasal dari yang pertama, yang isinya praktis sama dengan Serat Babad Tanah Jawi pada naskah Radyapustaka No.128, bab Teluh Condong-campur (ref: Sawitar 2015).

Dikisahkan akhirnya keris Kyai Condong-campur kalah dan kembali ke tempatnya. Walhasil Majapahit pun terbebas dari wabah penyakit. Prabu Brawijaya menitahkan ke Kyai Supagati dan Supradriya untuk menghancurkan keris itu karena pamornya telah rontok.

Saat tiba keris dibakar hingga merah membara dan siap dihancurkan, keris mendadak melesat ke langit bersama teluh braja (braja: senjata) lalu menjelma menjadi Lintang Kemukus (bintang berasap, mêtu kukusé = keluar asapnya) yang disaksikan banyak orang.

Sambil melesat itulah, terdengar keris tersebut bertutur ke Prabu Brawijaya tentang tugasnya untuk membuat keris berdapur nagasasra (keris Ki Jigja yang berukuran kecil terkenal dengan keris berdapur sabuk-inten).

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: planetarium.jakarta.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah