Rosstat, badan statistik pemerintah itu meyebutkan output negara telah menyusut selama dua kuartal berturut-turut, sebagaimana dikutip dari CBS News, Jumat 18 November 2022.
Pada periode Juli-September, output ekonomi Rusia turun 4% dari periode yang sama tahun sebelumnya, Rosstat mengumumkan.
Aktivitas grosir, eceran, pengiriman dan manufaktur turun selama periode itu, sementara konstruksi dan pertanian tumbuh, kata pemerintah.
Baca Juga: Media Rusia: Zelensky Melunak soal Tudingan Serangan Rudal Rusia di Polandia
Penurunan tersebut mengikuti penurunan 4,1% pada periode April-Juni, dipimpin oleh penurunan aktivitas perdagangan, pengapalan, pembuangan limbah, restoran dan hotel.
Resesi umumnya didefinisikan sebagai dua kuartal berturut-turut dari PDB yang menyusut, meskipun, di A.S., resesi secara resmi disebut oleh panel ekonom yang mempertimbangkan banyak faktor.
Hingga saat ini, Rusia telah berhasil menghindari dampak ekonomi terburuk dari perangnya di Ukraina.
Terlepas dari sanksi Barat dan pelarian perusahaan, lonjakan harga minyak dan gas, serta kontrol modal yang diberlakukan oleh pemerintah, telah membuat Rusia mampu membayar dan meningkatkan nilai tukar rubel.
Namun, ada penurunan ekonomi yang mencolok sejak September, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan pasukan untuk perang.