China Lancarkan Serangan Siber Terhadap Rusia, Tanda Xi Jinping Mulai Tinggalkan Putin?

- 14 Agustus 2022, 22:29 WIB
China Lancarkan Serangan Siber Terhadap Rusia, Tanda Xi Jinping Mulai Tinggalkan Putin?
China Lancarkan Serangan Siber Terhadap Rusia, Tanda Xi Jinping Mulai Tinggalkan Putin? /Foto/Ilustrasi/Reuters

ISU BOGOR - Peretas China yang memiliki hubungan dengan Partai Komunis diduga melakukan banyak serangan siber terhadap industri pertahanan Rusia.

Berita itu akan menjadi pukulan telak bagi Vladimir Putin, yang telah memandang Beijing sebagai sekutu setia dalam perjuangannya melawan NATO dan Barat.

Sebelum melancarkan invasi ke Ukraina, presiden Rusia mengunjungi Beijing untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping.

Baca Juga: China Umumkan Latihan Militer Terbaru di Dekat Taiwan

Padahal dalam konferensi pers sebelumnya, kedua pemimpin menyatakan "persahabatan tanpa batas" dan menyatakan "tidak ada area terlarang" untuk kerja sama.

Namun sebagaimana dikutip dari Daily Express UK, Minggu 14 Agustus 2022, tampaknya Beijing hanya memberikan lip service pada komitmennya untuk mendukung Putin.

Laporan baru menunjukkan bahwa China telah diam-diam mencuri data sensitif dari perusahaan pertahanan Rusia.

Baca Juga: Media China: AS Cari Dukungan Sekutu untuk Mengutuk Tindakan Militer China di Sekitar Taiwan

Kaspersky Labs, sebuah perusahaan keamanan siber Rusia, mengklaim bahwa kelompok peretas yang terhubung dengan pemerintah TA428 China berada di balik berbagai serangan terhadap kompleks industri militer Rusia.

Gelombang serangan yang ekstensif pertama kali terdeteksi pada bulan Januari dan menggunakan malware Windows baru untuk menutup pintu belakang entitas dan organisasi pemerintah di industri pertahanan.

Peretas berhasil mengkompromikan jaringan dari lusinan target, terkadang bahkan mengambil kendali seluruh infrastruktur TI mereka dengan membajak sistem yang digunakan untuk mengelola solusi keamanan.

Baca Juga: Taiwan: Pesawat Tempur dan Kapal China Melakukan Simulasi Serangan

Peneliti Kaspersky mengatakan bahwa serangan itu menargetkan pabrik industri, biro desain dan lembaga penelitian, lembaga pemerintah, kementerian dan departemen di beberapa negara Eropa Timur (Belarus, Rusia, dan Ukraina), serta Afghanistan.

"Analisis informasi yang diperoleh saat menyelidiki insiden menunjukkan bahwa spionase dunia maya adalah tujuan dari rangkaian serangan ini."

Mereka mengkonfirmasi bahwa setidaknya sepuluh perusahaan Rusia telah terkena dampak serangan tersebut.
 

Peretas menggunakan email spear phishing yang berisi informasi rahasia tentang organisasi yang ditargetkan dan kode berbahaya untuk menyebarkan malware PortDoor.

Keputusan Putin untuk menginvasi Ukraina telah membuat Rusia semakin bergantung pada China - baik secara ekonomi maupun politik.

China telah memberi Rusia pasar untuk produk-produknya setelah sanksi sangat membatasi kemampuan negara itu untuk menjual barang-barangnya ke seluruh dunia.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x