Network
Sebagaimana dilansir AFP, terpantau tentara dan pekerja bantuan sedang membersihkan puing-puing Kamis (11 Agustus) dari rumah-rumah yang tergenang air dan tertutup lumpur di distrik Gwanak.
Di lokasi tersebut, kabarnya tiga penyewa tempat tinggal bawah tanah meninggal dunia, diantaranya seorang wanita cacat dan seorang remaja, saat banjir parah menerjang Seoul, Senin 8 Agustus 2022.
Mereka tewas setelah terperangkap banjir bandang di apartemen bawah tanah mereka. Hal tersebut memicu kemarahan publik terhadap Presiden Yoon Suk-yeol yang mengunjungi rumah mereka.
Baca Juga: Luna Maya Liburan di Seoul Korea Selatan, Penampilannya bak Anak SMP Jadi Sorotan
Dalam kesempatan itu, para korban banjir bandang mendesak pemerintah untuk berbuat lebih banyak dalam membantu orang miskin dan rentan selama bencana alam.
Beberapa hari setelah Seoul diterjang banjir parah, Pemerintah Metropolitan Seoul mengumumkan bahwa mereka ingin menyingkirkan apartemen bawah tanah kecil yang sempit - yang dikenal sebagai "banjiha" - yang biasanya murah untuk disewa tetapi rawan lembab dan banjir.
Sekitar 200.000 rumah tangga tinggal di flat seperti itu, yang merupakan sekitar 5 persen dari stok perumahan di ibukota Korea Selatan, menurut angka resmi.
Seoul mengatakan dalam siaran pers Rabu bahwa mereka akan berhenti mengeluarkan izin untuk membangun rumah seperti itu, sambil mendorong untuk secara bertahap menghapus flat basement dan semi-basement yang ada.
Baca Juga: Amanda Manopo Sabet Penghargaan Seoul International Drama Award 2021, Ricco Richardo: Terharu
"Kota berencana untuk memulai diskusi dengan pemerintah nasional untuk melarang penggunaan ruang bawah tanah atau ruang semi-basement untuk tujuan perumahan," tambahnya.
