ISU BOGOR - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia menyatakan perang ini sebagai kulminasi untuk mengakhiri pertumpahan darah selama 8 tahun di Donbass yang ditutup mata oleh Ukraina dan Barat.
"Barat menghabiskan delapan tahun mengabaikan "lautan darah" di Donbass sambil mempersenjatai Ukraina, dan sekarang mengklaim Moskow adalah agresor ketika masuk untuk mengakhiri konflik," juru bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova yang dikutip pdari Russia Today, Jumat 25 Februari 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina pada dini hari Kamis, mengklaim perlu untuk "demiliterisasi dan de-nazifikasi" tetangga itu.
Baca Juga: Tentara Rusia Sempat Jatuhkan Senjata karena Tak Ingin Berperang dengan Ukraina
Kiev menuduh Rusia melakukan agresi, sementara AS, UE, dan NATO menyebutnya sebagai invasi "tanpa alasan". Moskow menegaskan hal ini tidak terjadi.
Dalam mengumumkan operasi tersebut, Putin mengatakan “tujuan utamanya adalah untuk menghentikan eskalasi perang yang telah berlangsung selama delapan tahun, dan untuk menghentikan perang,” Zakharova mengatakan kepada RT dalam sebuah wawancara eksklusif.
“Rusia tidak melakukan agresi dalam bentuk apa pun,” tegas Zakharova. “Ini tidak dimulai kemarin. Ada lautan darah yang muncul selama 8 tahun terakhir,” tambahnya, merujuk pada konflik di wilayah Donetsk dan Lugansk, yang diakui Rusia sebagai negara merdeka.
Baca Juga: Korban Perang Ukraina Tembus 137 Orang, Termasuk 13 Tentara Menurut Presiden Zelensky
Donetsk dan Lugansk memisahkan diri dari Ukraina pada 2014, setelah kudeta yang didukung Barat menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis di Kiev.