Namun tidak sedikit juga yang membombardir cuitan-cuitan akun yang tidak setuju dengan Gibran, pun pada dasarnya banyak akun-akun kloning atau akun anonim. Sebut saja akun @OrangSoloAsli yang menulis “Kalian itu bukan orang Solo, yang berhak milih orang Solo. Jangan suka kecentilan,”tulisanya.
“Ngapain ngurusin ituannya dah. urusin aja cara berkampanyenya, klo kepilih gmn kinerjanya, klo buruk ya jgn pilih lg. apa ktika dia prnah blg g mau berpolitik itu artinya sumpah? ky lu2 kg pernah gt aja dlm idup. g ush ribet2. rasional aj, jd konstituen mah. vote or not, just it,” timpal Rio.
Ada juga akun Boy Candra menulis, “Harus pakai logika juga sih, liat nanti kinerjanya seperti apa, klo emang gak mumpuni baru kita kritik rame rame, karena apa bedanya dengan ruang lingkup kecil kita, apa yg kita raih ujung ujungnya buat keturunan kita juga kan ? Sama aja,” katanya.
Baca Juga: Amerika Tembus 70.000 Kasus Baru Covid-19
Rata-rata percakapan memang mengedepankan, dua pendekatan yang berbeda. Yang pro dengan Gibran lebih memperjuangkan kinerja, visi dan misi, lalu keputusan pemilih dalam mencoblos nantinya. Sedangkan di kubu kontra, memcap Gibran sosok dekat dengan penguasa yakni Jokowi. Artinya menang dibully, tidak menang pasti dibully. Yang kontra juga memberikan sudut pandang, bagaimana pun berpolitik itu ada etikanya.
Lalu bagaimana dengan Jokowi, pada akhir tahun lalu Presiden Jokowi menyerahkan semua keputusan keinginan anaknya pada dirinya sendiri.
Eks Wali Kota Solo itu pun membantah apabila keputusan Gibran merupakan jalan mewujudkan dinasti politik. Sebab, pemilihan kepala daerah merupakan sebuah kompetisi yang bisa berakhir dengan kemenangan maupun kekalahan.
Baca Juga: Covid-19 Makin Masif, Pemrov Jabar Putuskan Perpanjangan PSBB Hingga 1 Agustus 2020
"Terserah rakyat yang memiliki hak pilih. Siapapun punya hak pilih dan dipilih. Ya kalau rakyat ga memilih gimana? Ini kompetisi bukan penujukkan. Beda. Tolong dibedakan," Jokowi menekankan.***