Presiden Prancis Meretweet Kutipan Kylian Mbappe yang Pamit dari PSG ke Madrid, Ada Apa?

2 November 2020, 20:44 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron.* /France24.com

ISU BOGOR - Presiden Prancis Emmanuel Macron ditengah kecaman muslim seluruh dunia, masih sempat-sempatnya meretweet kutipan striker Paris Saint Germain (PSG) Kylian yang dikabarkan segera hengkang ke Real Madrid.

Publik bertanya rumor mundurnya Kylian Mbappe, apakah ada hubungannya dengan 'kekisruhan' di negaranya lantaran pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang terus menerus 'menyerang Islam'?

Simak kutipan Kylian Mbappe yang di retweet Presiden Prancis Emmanuel Macron menyangkut suasana negaranya.

Baca Juga: Boikot Produk Prancis Berpengaruh, Presiden Macron 'Ciut' Kirim Utusan Khusus ke Negara-negara Islam

Baca Juga: Presiden Prancis Terus Sebut Terorisme Islam, Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei Kutuk Eropa

Moise Kean selebrasi usai gol yang diberikan oleh Kylian Mbappe saat PSG menaklukkan tuan rumah Istanbul Basaksehir. Antara

Baca Juga: Presiden Prancis 'Hina' Islam, Organisasi Muslim Eropa Sebut Emmanuel Macron Pemimpin Gagal

"L’école de la République, c’est comme une équipe de football. Les professeurs, c’est comme nos entraîneurs. Pour apprendre et gagner, nous devons toujours jouer ensemble. Écouter, partager, s’entraider... À l’école comme sur le terrain, SOYONS UNIS," tulis Kylian Mbappe.

Kira-kira begini terjemahannya "Sekolah Republik (Prancis) seperti tim sepak bola. Guru seperti pelatih kita. Untuk belajar dan menang, kami harus selalu bermain bersama."

"Mendengarkan, berbagi, membantu satu sama lain ... Di sekolah dan di lapangan, AYO Bersatu Tangan," kutipnya yang diretweet Emmanuel Macron yang sudah mulai tak mengeluarkan pernyataan kontroversi soal Islam dan terorisme yang terjadi di negaranya.

 

Baca Juga: Organisasi Muslim Eropa Desak Presiden Prancis Akhiri Retorika Pemecah Belah dan Kebencian

Sekedar diketahui lebih dari sepekan Presiden Prancis Emmanuel Macron selalu mengeluarkan pernyataan kontroversial yang mendorong rasis dan kebencian dengan dalih kebebasan berbicara.

Akibatnya dalam sepekan tak sedikit tindakan-tindakan aksi terorisme di negaranya, terakhir dalam sepekan sudah empat orang meninggal diserang menggunakan senjata tajam, akibat pernyataanya.

Lebih dari 20 organisasi Muslim Eropa termasuk Belanda, Finlandia dan Italia menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron adalah pemimpin gagal karena menodai Islam, paska pembunuhan guru dan tiga jemaah di sebuah gereja bulan lalu.

Baca Juga: Demo Hari Ini, Massa Kepung Kedutaan Besar Prancis, Haikal: Untuk Rasulullah Nggak Apa-apa Ditangkap

Hal itu disampaikan dalam surat terbuka yang diterbitkan Sabtu lalu oleh organisasi muslim dari beberapa negara di Eropa menyikapi pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang 'menghina Nabi Muhammad'.

Mereka juga mendesak mendesak Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengakhiri segala bentuk 'retorika yang memecah belah dan kebencian'.

Karena pendekatan yang dilakukan Presiden Prancis tersebut hanya semakin memicu ketegangan dan 'mendorong tumbuhnya rasisme dan ekstremisme'.

Seperti dikutip Isu Bogor dari Aljazeera.com, organisasi Muslim Eropa mengatakan pemimpin Prancis telah gagal memberikan 'contoh moral kepemimpinan yang kuat' setelah pembunuhan seorang guru dan tiga jemaah di sebuah gereja bulan lalu.

Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron: Saya Memerangi Terorisme yang Dilakukan Atas Nama Islam

"Menodai Islam dan warga Muslim Anda sendiri, menutup masjid arus utama, organisasi Muslim dan hak asasi manusia,"

"Dan menggunakan ini sebagai kesempatan untuk membangkitkan kebencian lebih lanjut, telah memberikan dorongan lebih lanjut kepada para rasis dan ekstremis brutal," kata para penandatangan yang mendesak Macron untuk memikirkan kembali apa yang mereka sebut "serangan sepihak terhadap Muslim, Islam dan Nabi Muhammad".

“Dasar moral yang tinggi yang kami undang untuk Anda, adalah menolak kebencian, marginalisasi dan retorika yang memecah belah, dan menggunakan kepemimpinan Anda untuk menyatukan orang.”

Sekada diketahui, Macron dalam beberapa pekan terakhir menuai kecaman luas di sebagian besar dunia Muslim setelah membela hak karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan ulang surat kabar Charlie Hebdo, September lalu.

Baca Juga: Presiden Prancis Bantah Menghina Islam Tapi Ngotot Mendukung Karikatur, Macron: Karena Itu Hak Kami

Nabi Muhammad sangat dihormati oleh umat Islam dan segala jenis penggambaran visual dilarang dalam Islam.

Presiden Prancis malah mengulangi pendiriannya setelah Samuel Paty, seorang guru yang menunjukkan karikatur kepada murid-muridnya di kelas selama diskusi tentang kebebasan berbicara, dipenggal oleh penyerang pada 16 Oktober 2020.

Macron juga menghadapi reaksi keras dari para aktivis Muslim setelah mengklaim dalam pidatonya sebulan yang lalu bahwa Islam "dalam krisis global" dan mengumumkan rencananya "untuk mereformasi Islam" agar lebih sesuai dengan nilai-nilai republik negaranya.

Baca Juga: Prancis Anti-Islam: Emmanuel Macron menyebut Mengerti Perasaan Umat Muslim

Sementara itu, Muslim di Prancis mengutuk pembunuhan guru tersebut. Tapi mereka juga merasa khawatir akan hukuman kolektif di tengah tindakan keras pemerintah yang menargetkan organisasi Islam, dan serangan oleh kelompok main hakim sendiri di masjid.

Dalam surat mereka, para penandatangan mengecam tindakan keras pemerintah Prancis, termasuk penutupan masjid dan badan amal yang dituduh memicu kebencian, antara lain.

“Perilaku oportunistik ini merongrong prinsip-prinsip negara hukum dengan menutup perkumpulan berdasarkan motivasi politik dan tanpa prosedur hukum yang baik,” kata mereka.

Dalam beberapa hari terakhir, puluhan ribu orang di beberapa negara mayoritas Muslim telah melakukan protes anti-Prancis, dengan banyak pejabat dan demonstran mengeluarkan seruan untuk memboikot produk-produk buatan Prancis.

Baca Juga: Media Prancis Soroti Kecaman Jokowi Soal Presiden Emmanuel Macron 'Menghina' Islam

Bahkan hari ini, ribuan umat Islam yang tergabung dalam Perhimpunan Alumni (PA) 212, Gerakan Nasional Penyelamat Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Front Pembela Islam (FPI) mengepung kantor Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia di Jakara, Senin 2 November 2020.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera yang disiarkan pada hari Sabtu, mengatakan kata-katanya menyimpang, menekankan bahwa para pemimpin politik dengan sengaja membuat orang percaya karikatur itu adalah ciptaan negara Prancis.

“Karikatur itu bukan proyek pemerintah, tapi muncul dari surat kabar bebas dan independen yang tidak berafiliasi dengan pemerintah,” ujarnya.

Baca Juga: Beredar Video Aksi Teror Penembakan di Prancis

“Saya memahami sentimen yang diungkapkan dan saya menghormati mereka. Tapi Anda harus memahami peran saya sekarang, untuk melakukan dua hal: mempromosikan ketenangan dan juga melindungi hak-hak ini, "kata Macron.

"Saya akan selalu membela di negara saya kebebasan untuk berbicara, menulis, berpikir, menggambar," tambahnya.

Dia juga mengatakan "Islam radikal" yang dia coba lawan adalah ancaman bagi semua orang, terutama Muslim.

“Saat ini di dunia ada orang yang mendistorsi Islam dan atas nama agama ini yang mereka klaim untuk dibela, mereka membunuh, mereka membantai ... hari ini ada kekerasan yang dilakukan oleh beberapa gerakan ekstremis dan individu atas nama Islam,” kata Macron.

“Tentu ini menjadi masalah bagi Islam karena umat Islam adalah korban pertama,” tambahnya. "Lebih dari 80 persen korban terorisme adalah Muslim dan ini adalah masalah bagi kita semua."***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler