"Hear no evil, see no evil atau hindari melihat si dungu dan tutup mata bila si dungu lewat. Kira-kira begitu,".
Lebih lanjut, menurut Rocky Gerung, gerakan tutup telinga itu adalah counter culture atau fenomena kontra budaya.
Baca Juga: Rocky Gerung: Sentul City Membuka Kelemahan Sendiri
"Biasa dalam keadaan orang terhalang untuk mengekspresikan sesuatu, maka ekspresinya dicarikan jalan yang sangat sublime hanya biasa dibaca oleh mata hati," tegasnya.
Rocky Gerung menyindir pemerintah dengan munculnya gerakan tutup telinga didengar atau tidak, mungkin dia membayangkan sesuatu yang lain.
"Jadi ini gejala baru dalam politik kita, kalau kanal-kanal demokrasi ditutup, maka akan ada kapiler-kapiler kecil yang terbuka. Itu sama seperti jantung, jika aorta tersumbat maka pembuluh darah kapiler akan mencari jalan untuk tiba lagi dijantung," tegansya.
Baca Juga: Rocky Gerung Soal Rumahnya Terancam Digusur Sentul City: Lingkungan Hidup Versus Korporasi Rakus
Rocky Gerung menilai fenomena challenge gerakan tutup kuping ini adalah bagian dari sodetan untuk menghubungkan masyarakat melalui fasilitas.
"Bisa juga disebut sebagai dissobidient paling canggih, karena langsung diperlihatkan ketidaksukaan. Jadi netizen dissobidient," kata Rocky Gerung.
Rocky Gerung mengaku ikut melakukan gerakan tutup kuping karena sejak kemarin hingga hari ini menjadi trending di media sosial.