Kebebasan berbicara yang berdampak pada pembunuhan seorang guru sekolah Prancis karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di ruang kelas.
Barang-barang Prancis telah ditarik dari rak-rak supermarket di beberapa negara Teluk, sementara di Suriah orang-orang membakar foto Macron dan bendera Prancis dibakar di ibu kota Libya, Tripoli.
Sementara itu, Direktur Peramalan Global Economist Intelligence Unit, Agathe Demarais memperkirakan boikot itu akan berlangsung singkat berdasarkan pengalanan peristiwa tahun 2015.
Baca Juga: Kontroversi Presiden Prancis Macron: Pogba Meradang, Tuntut Media Penyebar Berita Hoax Catut Namanya
Saat itu protes serupa diserukan menyusul pembunuhan 12 orang di majalah satir Charlie Hebdo di Paris yang telah mempublikasi kartun Nabi Muhammad.
“Ini (aksi boikot) adalah remake dari apa yang terjadi pada 2015 ketika ada seruan untuk boikot produk Prancis di beberapa belahan dunia Muslim,"
"Ini berumur pendek dan saya rasa perusahaan Prancis tidak memiliki masalah nyata dalam menjual produk mereka di Timur Tengah pada saat itu,” kata Demarais.
Baca Juga: Sinopsis Film Escape Plan, Ketegangan Sylvester Stallone dan Arnold Schwarzeneger Kabur dari Penjara
Dilihat dari sejarahnya, jika semuanya berjalan seperti pada tahun 2015, menurutnya tidak ada kekhawatiran bagi perusahaan Prancis di Timur Tengah.