“Dua negara bersenjata nuklir terbesar di dunia telah kembali ke jurang konflik tepat 60 tahun setelah krisis rudal Kuba. Jika diplomasi tidak dilakukan secara maksimal, risiko salah perhitungan dan miskomunikasi berpotensi menarik Eropa yang lebih luas ke dalam perang yang menghancurkan.
"Tanpa dialog tentang bagaimana mengelola de-eskalasi, seolah-olah para pemimpin kita sedang menghadapi musim hujan dengan surat kabar di atas kepala mereka," pungkasnya.***