Kandahar Direbut Taliban, Diplomat Rusia Sebut Bukan Hasil Pertempuran Tapi karena Pasukan Afghanistan Kabur

- 13 Agustus 2021, 19:37 WIB
Kandahar Direbut Taliban, Diplomat Rusia Sebut Bukan Hasil Pertempuran Tapi karena Pasukan Afghanistan Kabur
Kandahar Direbut Taliban, Diplomat Rusia Sebut Bukan Hasil Pertempuran Tapi karena Pasukan Afghanistan Kabur /Islamtimes.org

ISU BOGOR - Militan Taliban dengan mudah merebut Kandahar sebagai kota terbesar kedua di Afghanistan bukan karena hasil pertempuran. Tapi karena pasukan Afghanistan yang dilatih Amerika Serikat dan NATO itu melarikan diri.

Hal tersebut diungkapkan Diplomat Perwakilan Presiden Rusia untuk Afghanistan Zamir Kabulov pada Jumat 12 Agustus 2021.

"Kandahar direbut Afghanistan bukan karena pertempuran tetapi hanya karena tentara Afghanistan yang dilatih oleh NATO dan Amerika Serikat melarikan diri," katanya.

Baca Juga: Usai Rebut Kandahar, Cengkeraman Taliban di Afghanistan Semakin Kuat

Baca Juga: Taliban Bebaskan 1.000 Narapidana di Kota-kota Afghanistan yang Diduduki

Menurutnya, perebutan Kandahar oleh Taliban menunjukkan persis apa yang sempat diskusikan wilayah tersebut diambil bukan sebagai hasil pertempuran dengan perlawanan berani dari pasukan Afghanistan.

"Wilayah itu dierebut karena tentara Afghanistan, yang Amerika dan NATO latih dengan riang melarikan diri," kata Kabulov.

Menurutnya Kandahar merupakan kota terbesar kedua di Afghanistan yang direbut Taliban. Namun demikian, bukan berarti mereka siap untuk merebut ibu kota.

Baca Juga: Kandahar Direbut Taliban, Menhan Inggris Ben Wallace Sebut Biden dan Trump Biadab Atas Kesepakatan 'Busuk'

Baca Juga: Taliban Rebut Kota Strategis Afghanistan Ghazni yang Semakin Dekat ke Kabul

"Perampasan Kandahar tidak membuka pintu apa pun," kata diplomat itu.

Kabulov juga menyatakan keyakinannya bahwa negosiasi damai akan terus berlanjut, karena Taliban tidak dapat merebut Kabul dan belum melakukannya.

Seperti diketahui, pada hari Kamis 12 Agustus 2021 Taliban dilaporkan menguasai Kandahar, kota terbesar kedua di negara itu.

Baca Juga: Pemerintah Afghanistan Persenjatai Milisi Sipil untuk Melawan Taliban

Awal bulan ini, Taliban telah mengklaim telah merebut lebih dari 10 dari 34 pusat administrasi provinsi Afghanistan.

Afghanistan melihat lonjakan kekerasan sekarang karena Taliban telah meningkatkan ofensif mereka setelah pasukan internasional memulai penarikan bertahap dari negara itu, yang dijadwalkan akan selesai pada 11 September.

Penarikan itu diatur dalam perjanjian yang ditandatangani Taliban dan Amerika Serikat di Doha pada Februari 2020.

Baca Juga: AS Kirim B-52 untuk Mengebom Taliban Usai Joe Biden Dipermalukan

PBB telah berulang kali mengutuk gelombang kekerasan di Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir, menyerukan diakhirinya segera pertempuran dan dimulainya pembicaraan damai yang berarti.***

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x