Sayangnya, telenor menolak berkomentar. Tidak ada tanggapan segera atas permintaan komentar dari Ooredoo, MPT milik negara dan Mytel, perusahaan patungan antara Viettel Vietnam dan konglomerat milik militer Myanmar.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Demo Besar Antikudeta Kembali Terjadi di Myanmar, Bakar Seragam Militer
Merunut ke belakang, beberapa bulan sebelum kudeta 1 Februari, penyedia layanan telekomunikasi dan internet diperintahkan untuk memasang spyware agar memungkinkan tentara menguping komunikasi warga.
Pertama, pada Senin, 1 Februari, militer Myanmar memutus akses internet dan masih belum sepenuhnya dibangun kembali.
Perusahaan telekomunikasip pun dipaksa memberikan daftar situs web dan nomor telepon aktivis untuk diblokir.***