"Ada sanksi baris ketiga dalam persiapan yang akan disetujui (dalam) beberapa hari mendatang," kata kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell kepada Reuters, Kamis saat berkunjung ke Jakarta.
Baca Juga: Firasat? Sehari Sebelum Ayahnya Meninggal, Ria Ricis: Kalau Kangen Bilang Ya, Biar Aku Pulang
Walaupun sejaun ini, hanya ada sedikit kemajuan sejak 10 negara anggota termasuk Myanmar, mengatakan pada akhir April mereka telah mencapai 'konsensus' untuk mencoba mengakhiri krisis.
Konsensus mencakup pembicaraan politik dan menghentikan pertumpahan darah yang berlangsung selama 4 bulan terakhir sejak Senin, 1 Februari 2021.
Namun faktanya, korban tewas terus berlanjut dan junta militer Myanmar bukannya berbicara dengan pemerintah bawah tanah saingan, malah mencapnya sebagai kelompok teroris.
Baik sanksi maupun diplomasi maupun peningkatan kekerasan tidak memiliki dampak nyata pada junta.
Baca Juga: Lockdown Total, Kematian Pasien Covid-19 di Malaysia Masih di Atas 100 Kasus
Junta militer Myanmar berpendapat justru kudeta yang mengakhiri 10 tahun reformasi demokrasi tentatif akan membawa 'demokrasi yang disiplin'.
Tentara mengambil alih kekuasaan setelah mantan komisi pemilihan menolak tuduhan kecurangan dalam pemilihan November yang disapu oleh partai Suu Kyi.