ISU BOGOR - Huru-hara kudeta militer Myanmar terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi mengganas hingga menewaskan 845 orang, membuat Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mendesak isu perlindungan kemanusiaan.
Presiden ICRC Peter Maurer adalah perwakilan paling senior dari organisasinya itu melakukan perjalanan ke ibu kota Naypyidaw untuk bertemu dengan pimppinan Junta Militer Myanmar Min Aung Hlaing.
Min Aung Hlaing yang banyak dikritik untuk ditolak dari pengakuan internasional akibat tindakannya mengkudeta Aung San Suu Kyi, Kamis, 3 Juni 2021 bersedia menemui Maurer.
Baca Juga: Terancam Terbunuh, Pendemo Antikudeta Militer Myanmar Tidak Akan Mundur, Ini Janji Mereka
Baca Juga: Jatuh Tertimpa Tangga, Myanmar Huru-Hara Kudeta Militer, Kini Diserang Covid-19 Baru India
Baca Juga: Negara Barat Gencar Beri Sanksi Militer Myanmar, ASEAN Pilih Diplomasi, Begini Reaksi Junta
"Orang-orang di Myanmar membutuhkan bantuan dan perlindungan mendesak," kata Maurer, menurut pernyataan ICRC yang dikutip IsuBogor.com dari Reuters, Jumat, 4 Juni 2021.
Dalam pertemuan itu dikatakan Maurer mengemukakan masalah 'penggunaan kekuatan selama operasi keamanan' dan berusaha membuat akses kemanusiaan yang lebih baik ke daerah konflik Myanmar.
Salah satunya, memulai kembali kunjungan penjara Komite Palang Merah terhadap Aung Suu Kyi yang diadili dengan berbagai tuduhan.