Organisasi Muslim Eropa Desak Presiden Prancis Akhiri Retorika Pemecah Belah dan Kebencian

2 November 2020, 16:47 WIB
Sebuah surat kabar Iran menerbitkan kartun yang menunjukkan Presiden Prancis Emmanuel dalam bentuk setan, sehubungan dengan pernyataannya di mana dia mendukung penerbitan kartun yang menyinggung Nabi Muhammad (SAW).* /Twitter @ababeel122

ISU BOGOR - Organisasi Muslim Eropa mendesak Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengakhiri segala bentuk 'retorika yang memecah belah dan kebencian'.

Karena pendekatan yang dilakukan Presiden Prancis tersebut hanya semakin memicu ketegangan dan 'mendorong tumbuhnya rasisme dan ekstremisme'.

Hal tersebut disampaikan, lebih dari 20 organisasi Muslim Eropa lewat surat terbuka menyusul terus berlanjutnya ketegangan antara Prancis dan dunia Muslim.

Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron: Saya Memerangi Terorisme yang Dilakukan Atas Nama Islam

Baca Juga: Demo Hari Ini, Massa Kepung Kedutaan Besar Prancis, Haikal: Untuk Rasulullah Nggak Apa-apa Ditangkap

Surat terbuka itu, diterbitkan Sabtu lalu, oleh organisasi Muslim Eropa dari beberapa negara termasuk Belanda, Finlandia dan Italia.

Sebagaimana dilansir Aljazeera.com, mereka mengatakan pemimpin Prancis telah gagal memberikan "kepemimpinan moral yang kuat" setelah pembunuhan seorang guru dan tiga jemaah di sebuah gereja bulan lalu.

"Menodai Islam dan warga Muslim Anda sendiri, menutup masjid arus utama, organisasi Muslim dan hak asasi manusia,"

"Dan menggunakan ini sebagai kesempatan untuk membangkitkan kebencian lebih lanjut, telah memberikan dorongan lebih lanjut kepada para rasis dan ekstremis brutal," kata mereka yang menandatangani surat terbuka.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron.

Bahkan dalam surat terbuka itu juga, mereka mendesak Macron untuk memikirkan kembali apa yang mereka sebut "serangan sepihak terhadap Muslim, Islam dan Nabi Muhammad".

“Dasar moral yang tinggi yang kami undang untuk Anda, adalah menolak kebencian, marginalisasi dan retorika yang memecah belah, dan menggunakan kepemimpinan Anda untuk menyatukan orang.”

Sekada diketahui, Macron dalam beberapa pekan terakhir menuai kecaman luas di sebagian besar dunia Muslim setelah membela hak karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan ulang surat kabar Charlie Hebdo, September lalu.

Baca Juga: Presiden Prancis Bantah Menghina Islam Tapi Ngotot Mendukung Karikatur, Macron: Karena Itu Hak Kami

Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron 'Ngotot' Bela Media Penghina Nabi Muhammad meski Warganya Dipenggal

Nabi Muhammad sangat dihormati oleh umat Islam dan segala jenis penggambaran visual dilarang dalam Islam.

Presiden Prancis malah mengulangi pendiriannya setelah Samuel Paty, seorang guru yang menunjukkan karikatur kepada murid-muridnya di kelas selama diskusi tentang kebebasan berbicara, dipenggal oleh penyerang pada 16 Oktober.

Macron juga menghadapi reaksi keras dari para aktivis Muslim setelah mengklaim dalam pidatonya sebulan yang lalu bahwa Islam "dalam krisis global" dan mengumumkan rencananya "untuk mereformasi Islam" agar lebih sesuai dengan nilai-nilai republik negaranya.

Baca Juga: Isi Pidato Lengkap Presiden Prancis Emmanuel Macron Singgung Soal Islam Hingga Menuai Protes

Baca Juga: Ini Doa dari Khabib Nurmagomedov untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron yang Menghina Nabi Muhammad

Sementara itu, Muslim di Prancis juga sempat mengutuk pembunuhan guru tersebut. Tapi mereka juga merasa khawatir akan hukuman kolektif di tengah tindakan keras pemerintah yang menargetkan organisasi Islam, dan serangan oleh kelompok main hakim sendiri di masjid.

Dalam surat mereka, para penandatangan mengecam tindakan keras pemerintah Prancis, termasuk penutupan masjid dan badan amal yang dituduh memicu kebencian, antara lain.

“Perilaku oportunistik ini merongrong prinsip-prinsip negara hukum dengan menutup perkumpulan berdasarkan motivasi politik dan tanpa prosedur hukum yang baik,” kata mereka.

Dalam beberapa hari terakhir, puluhan ribu orang di beberapa negara mayoritas Muslim telah melakukan protes anti-Prancis, dengan banyak pejabat dan demonstran mengeluarkan seruan untuk memboikot produk-produk buatan Prancis.

Ribuan massa aksi Demo Bela Nabi 211 berkumpul di sekitar kantor Kedutaan Besar Prancis, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin 2 November 2020. Iyud Walhadi

Bahkan hari ini, ribuan umat Islam yang tergabung dalam Perhimpunan Alumni (PA) 212, Gerakan Nasional Penyelamat Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Front Pembela Islam (FPI) mengepung kantor Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia di Jakara, Senin 2 November 2020.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera yang disiarkan pada hari Sabtu, mengatakan kata-katanya menyimpang, menekankan bahwa para pemimpin politik dengan sengaja membuat orang percaya karikatur itu adalah ciptaan negara Prancis.

“Karikatur itu bukan proyek pemerintah, tapi muncul dari surat kabar bebas dan independen yang tidak berafiliasi dengan pemerintah,” ujarnya.

“Saya memahami sentimen yang diungkapkan dan saya menghormati mereka. Tapi Anda harus memahami peran saya sekarang, untuk melakukan dua hal: mempromosikan ketenangan dan juga melindungi hak-hak ini, "kata Macron.

Baca Juga: Prancis Anti-Islam: Emmanuel Macron menyebut Mengerti Perasaan Umat Muslim

Baca Juga: Erdogan: Tak Ada Gunanya Menanggapi Charlie Hebdo Bajingan, Saya Marah karena Nabi Muhammad Dihina

"Saya akan selalu membela di negara saya kebebasan untuk berbicara, menulis, berpikir, menggambar," tambahnya.

Dia juga mengatakan "Islam radikal" yang dia coba lawan adalah ancaman bagi semua orang, terutama Muslim.

“Saat ini di dunia ada orang yang mendistorsi Islam dan atas nama agama ini yang mereka klaim untuk dibela, mereka membunuh, mereka membantai ... hari ini ada kekerasan yang dilakukan oleh beberapa gerakan ekstremis dan individu atas nama Islam,” kata Macron.

“Tentu ini menjadi masalah bagi Islam karena umat Islam adalah korban pertama,” tambahnya. "Lebih dari 80 persen korban terorisme adalah Muslim dan ini adalah masalah bagi kita semua."***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler