Bom Bandara Kabul, China Desak Taliban Bertindak Tegas Terhadap Teroris

27 Agustus 2021, 21:17 WIB
Bom Bandara Kabul, China Desak Taliban Bertindak Tegas Terhadap Teroris /The Sun/

ISU BOGOR - China mendesak Taliban untuk memenuhi janjinya agar memutus hubungan dengan organisasi teroris di Afghanistan, menyusul dua ledakan bom di luar bandara Kabul.

Tak hanya itu, China juga meminta Taliban bertindak tegas terhadap Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM).

"Taliban juga harus mengatasi segala hambatan yang dapat mengganggu kerjasama keamanan dan pembangunan regional," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam keterangan persnya, Jumat 27 Agustus 2021.

Baca Juga: AS Tarik Pasukan, China Segera Garap Cadangan Tambang di Afghanistan Senilai 3 Triliun Dollar

Pernyataan itu disampaikan pemerintah China setelah dua serangan bom pada hari Kamis di dekat bandara Kabul menewaskan sedikitnya 13 tentara AS dan puluhan warga Afghanistan.

"Kami memperhatikan bahwa selama 20 tahun terakhir, beberapa organisasi teroris telah berkumpul dan berkembang di Afghanistan," katanya.

Menurutnya, hal tersebut menimbulkan ancaman besar bagi keamanan internasional dan regional, terutama ETIM.

Baca Juga: Usai AS Hengkang, China Siap Invasi Ekonomi Afghanistan

China mencatat bahwa ETIM telah terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Keamanan Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"ETIM telah menimbulkan ancaman langsung terhadap keamanan nasional Tiongkok dan keselamatan rakyat Tiongkok," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa Taliban telah mengklarifikasi ke China bahwa mereka tidak akan membiarkan kekuatan apa pun untuk menyakiti China.

Baca Juga: Kamala Harris Singgung Laut China Selatan, China Peringatkan AS soal Penderitaan Rakyat Afghanistan

Namun dengan adanya serangan bom di luar bandara kabul, secara tidak langsung mematahkan janji-janji Taliban yang siap memutus hubungan dengan semua organisasi teroris di Afghanistan.

Seperti diketahui, serangan bom di luar bandara Kabul telah menewaskan 13 tentara AS dan sedikitnya 90 warga Afghanistan.

Dilansir dari Global Times, serangan bom bunuh diri di luar bandara Kabul ini sebagai gambaran buruknya penarikan pasukan AS yang dilakukan tergesa-gesa.

Baca Juga: Afghanistan Memanas, Rocky Gerung: Kita Mesti Bersiap Perubahan Geopolitik China Selatan

Penarikan pasukan AS di Afghanistan ini tidak terorganisir dan tidak bertanggung jawab dari Afghanistan.

Ledakan dan kekacauan di bandara Kabul juga merupakan tamparan bagi AS yang mengklaim misinya telah selesai di Afghanistan.

Dua pembom bunuh diri dan orang-orang bersenjata menyerang orang-orang di luar bandara Kabul pada hari Kamis.

Kapten Bill Urban dari Komando Pusat AS mengatakan akibat serangan itu menyebabkan 13 tentara AS tewas dan 18 terluka. Sedangkan korban dari warga sipil Afghanistan tercatat lebih dari 90 orang dan 140 terluka.

Reuters melaporkan korban tewas dari pihak tentara AS dalam serangan bom ini adalah paling banyak di Afghanistan dalam satu insiden sejak 30 personel tewas ketika sebuah helikopter ditembak jatuh pada Agustus 2011.

Ledakan mematikan itu terjadi di tengah perlombaan AS dan negara-negara Barat lainnya untuk mengevakuasi orang-orang dari Afghanistan sebelum militer AS secara resmi mengakhiri kehadirannya selama 20 tahun di negara itu pada 31 Agustus, yang juga merupakan garis merah yang ditarik oleh Taliban.

AS dan sekutunya dalam beberapa hari terakhir, telah diberitahu tentang risiko kemungkinan serangan yang menargetkan bandara Kabul.

Video kekacauan dan adegan ledakan tragis di bandara Kabul telah beredar di media sosial dengan media internasional memberikan liputan bergulir tentang insiden tersebut. Belasungkawa dan kecaman mengalir dari para pemimpin dunia setelah serangan itu.

Berbicara dari Gedung Putih pada hari Kamis setelah ledakan mematikan itu, Joe Biden mengatakan bahwa pihaknya bertanggung jawab atas semua yang terjadi akhir-akhir ini secara mendasar.

Tetapi, Biden terus berporos pada peran mantan presiden Donald Trump dalam mencapai kesepakatan dengan Taliban yang menetapkan batas waktu bagi Amerika dalam meninggalkan Afghanistan.

“Serangan teror bandara mendorong perang anti-teroris AS selama 20 tahun di Afghanistan kembali ke titik awal mereka dan juga dengan keras menampar wajah Biden, seperti yang sebelumnya dia katakan AS menyelesaikan misinya di Afghanistan tetapi kematian AS tentara dalam serangan teror mengatakan sebaliknya,” Liu Zhongmin, seorang profesor di Institut Studi Timur Tengah dari Universitas Studi Internasional Shanghai.

Liu mengatakan kekacauan dan serangan teror di bandara Kabul adalah efek bencana dari penarikan AS yang tergesa-gesa, tidak terorganisir dan sangat tidak bertanggung jawab dan menunjukkan kegagalan totalnya pada strategi dan implementasi dan kebijakan di Afghanistan.

Ia mencatat bahwa AS memilih untuk membuat perjanjian damai dengan Taliban tanpa keterlibatan mantan pemerintah Ghani, gagal menarik pasukan selangkah demi selangkah dan mengarah ke situasi memalukan saat ini.

AS telah menanggung tekanan internasional yang sangat besar karena penarikannya yang tidak bertanggung jawab dari Afghanistan. Serangan di bandara Kabul adalah bukti lain dari bencana AS di Afghanistan, kata Li Weijian, seorang peneliti di Institut Studi Kebijakan Luar Negeri dari Institut Studi Internasional Shanghai dan wakil presiden Asosiasi Studi Timur Tengah China.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Global Times

Tags

Terkini

Terpopuler