Kisah Nyata Pendaki Gunung Salak yang Tersesat hingga Hilang Sukmanya, Bikin Merinding!

15 November 2022, 09:25 WIB
Kisah Nyata Pendaki Gunung Salak yang Tersesat Hilang Sukmanya, Bikin Merinding! /Tangkapan layar YouTube Sumar Adiwijaya
ISU BOGOR - Kisah nyata pendaki Gunung Salak yang tersesat hingga sukmanya sempat hilang ke alam lain menarik untuk diulas. Pengalaman ini disampaikan Chairul pendaki asal Jakarta Timur.

Chairul menceritakan saat itu mendaki Gunung Salak II via Ajisaka, Kabupaten Bogor. Saat itu dirinya mendaki tektok (pulang pergi tanpa berkemah).

"Ketika kita mendaki bertiga pada bulan Mei 2022 atau seminggu setelah lebaran," kata Chairul dalam kisah nyata pendaki Gunung Salak yang tersesat di Channel YouTube Sumar Adiwijaya dikutip, Selasa 15 November 2022.

Baca Juga: Kisah Nyata Pendaki Gunung Salak yang Meninggal Kena Hipotermia, Wanita Ini Sedih Terus Dihantui Almarhum

Lebih lanjut, Chairul menjelaskan bahwa saat perjalanan menanjak ke Puncak Salak II, teman wanitanya sedang dalam kondisi menstruasi.

"Dia 'dapat' (menstruasi) pada saat di track sebelum, pas nanjak masih aman-aman saja, pas turun tuh baru (mengalami hal mistis)" tutur Chairul.

Sebelumnya ia menceritakan proses pendakian dimulai pukul 08.00 WIB. Awalnya rekan pendaki wanita itu semangat mendakinya.

Baca Juga: Kisah Nyata Pendaki Gunung Salak Bikin Merinding, Wanita Ini Menangis Cerita Sang Kekasih Meninggal

"Abis pos satu ketemu orang, dan saling sapa, mereka pendaki dari Jakarta juga, sehingga jalanlah mendaki berlima," ungkapnya.

Pendaki dari Jakarta itu, melakukan pendakian Tektok juga tapi tidak bertemu di Puncak Salak II.

"Singkat cerita sampai lah di pos Haji Salomod, setelah jalan tertinggallah dengan pendaki dari Jakarta yang dua orang," katanya.

Baca Juga: Kisah Nyata Pendaki Gunung yang Tersesat 7 Hari di Gunung Argopuro, Bertemu 2 Pria Kuno Tanpa Alas Kaki

Sekitar pukul 11.00 WIB, sebelum Puncak Fajar Kencana, rekan pendaki wanitanya bilang bahwa dirinya sedang gejala datang bulan.

"Aku lagi sumilangeun, waduh saya pikir masih kuat apa nggak, jadi saya nggak ada pikiran negatif," ungkapnya.

Setelah Puncak Fajar Kencana, bertemu lagi dengan pendaki dari Jakarta yang sedang masak mie instan dan kue lebaran.

Baca Juga: Kisah Pendaki Gunung Salak : Mendaki Secara Ghaib Bertemu Kakek yang Makamnya di Puncak Manik

"Saat itu bertemu juga dengan pendaki yang turun, mereka minta air, di situ kita foto-foto juga," katanya.

Singkat cerita, tibalah di track yang terjal, di mana para pendaki harus menggunakan tali webbing untuk ke atas.

"Saat itu gantian naiknya, karena pakai tali webbing. Salak memang tracknya luar biasa, beda banget, lembab banget, banyak jurang, rapet pepohonan," ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Pendaki Gunung Slamet 1985, Alex dan 2 Rekannya Tersesat 14 Hari Setelah Petik Bunga Edelweis

"Saya lihat teman wanita ini sudah kelelahan, pas webbing ke lima terjal banget," ujarnya.

Selanjutnya, bertemu dengan percabangan, Salak I belok, dan Salak II lurus.

"Selang beberapa menit akhirnya sampai ke Puncak Salak II, dan sempat nunggu pendaki lain, tapi nggak datang juga," ungkap Chairul.

Kemudian, pendaki wanita itu sudah terlihat lelah, dan yang lainnya foto-foto.

"Nggak lama, pendaki lain yang sudah tiba dulu, turun tuh, jadi tinggl bertiga. Saat itu mulai kabut, kita rombongan terakhir tuh," ungkapnya.

Tak hanya kabut, tapi cuaca juga sudah mulai gerimis, hingga akhirnya berpikiran untuk membuka flysheet.

"Kita buka flysheet, karena hujan turun, dia (teman wanitanya) udah mulai kedinginan, saya lihat cewek ini nggak bawa jaket, hanya bawa baju flanel," tuturnya.

Setelah itu, dirinya memberikan jaket yang dipakai karena kasihan dia kedinginan. Kemudian akhirnya dirinya tukaran.

"Dia mau makan mie dan roti, dia nggak mau ngopi. Setelah itu mendingan, awalnya kedinginan," katanya.

Setelah selesai dan hujan reda, akhirnya Chairul dan rekan-rekannya bergegas turun.

"Posisi si Yandi (rekan pendaki lelaki) di depan, si cewek ini kedua, saya dibelakang, jagain cewek ini biar nggak kenapa-napa," kisahnya.

Setelah itu mulailah jalan turun, dirinya menyetel musik dengan cukup keras.

"Nah ini mulai kejadian aneh pas turunnya, saya lihat ini cewek, tangannya begini (masuk ke kantong jaket depan) tapi santai banget turunnya," ujarnya.

"Kagak pegangan kagak apa-apa, padahal treknya licin banget, habis gerimis lagi, nah itu sudah mulai keanehan, saya pikir begitu, tapi positif thingking saja," katanya.

Kemudian Chairul mengikuti wanita itu dengan santai. Kemudian temannya jatuh terpeleset.

"Pas di bawah, terutama di webbing-webbing itu, turun aman, sampai 8 webbing turun, posisi sudah jam 4 dan tidak bertemu orang," katanya.

Kemudian, setelah tiba di Puncak Fajar Kencana, tas gembloknya putus.

"Kemudian jalan lagi mulai tercium wewangian yang aneh, pas setelah nyampe puncak Fajar Kencana, dia bilang saya pakai parfum," bebernya.

Selanjutnya, teruslah jalan dia tanpa pegangan apa-apa, kemudian dirinya terpeleset melulu.

"Pas pos haji Solomod, kita tuh nemu pendaki lagi bikin tenda, kita ngobrol, saya tawarin roti, saya ajak ngobrol dia diam aja," katanya.

Kemudian perjalanan dilanjutkan dan sempat melihat rekan wanitanya itu sudah mulai aneh pandangannya seperti kosong.

"Yang tadinya dia bilang saat berangkat nggak mau didepan dan belakang, kali ini dia mau di depan, saya nguber,"

"Jalannya cepet, nggak ke kejar, terus teman lakinya minta tunggu, terus si cewek itu nengok, tanpa ekspresi," ungkapnya.

Setelah itu turun, teman lelakinya minta berhenti dan istirahat. Saat itu juga Chairul sudah mulai merasa aneh dan tersesat karena di lihat ketinggianya berbeda.

"Berpikir saya biar jangan sampai malam, karena nggak bawa headlamp, saya mudah senter HP doang, pas turun kok jauh banget nggak nyampe-nyampe," ujarnya.

"Saya sempat ngeluh gitu, kok nggak nyampe-nyampe ya, patokan saya itu makam, kalau sudah ketemu makam itu udah amanlah," ucapnya.

Kemudian dirinya jalan terus, tak lama beberapa kali teman ceweknya terpeleset.

"Saat itu si Yandi jatuh tangannya kena lumpur, dan depannya pohon tumbang, istirahatlah kita," katanya.

Kemudian, Chairul ketika duduk dan ditanya amankah kondisi perutnya. Setelah itu, dirinya menyenter wajah si cewek bersamaan dengan Yandi.

"Satu hape dua hape, bikin silauw," ungkap Chairul menirukan ucapan dan memperagakan gerak tubuh rekan pendaki wanitanya yang seperti menari.

"Dia bilang gitu, tangannya kayak mau nari, nengok terakhir ke saya lagi, mulai degdegan tuh, ya udah hayu jalan," ucapnya.

Tak lama kemudian tibalah di pos 1, sekitar pukul 18.00 WIB, karena sudah mulai gelap.

"Pas turun feel nya beda banget, kemudian salam, karena punya perasaan nggak enak, ini lama banget sih turunnya, kok ga ketemu makam," katanya.

Setelah bertemu makam, mereka tak beristirahat lanjut jalan turun. Bahkan rekannya diminta duluan.

"Tapi nggak enak, kita harus barengan. Udah nyampe makam, dan batu-batu, dan pohon bambu," ungkapnya.

Saat itu kondisi sudah gelap, akhirnya tiba ke pos pendakian.

"Kemudian minum air, dan lihat wanita itu udah rebahan, nih aman, dan minum tapi masih nggak ngomong," katanya.

Kemudian, ia menjelaskan alasan teman wanita itu diam saja karena banyak baca-baca doa.

"Sebab kayak banyak yang ngawasin selama perjalanan," ungkapnya.

Setibanya di rumah dia video call dan kemudian cerita bahwa saat di Puncak Salak II, suasanannya beda.

"Pas jatoh pertama dan saya nahan pakai dengkul, katanya dia melihat sosok putih di depannya, makanya kaget langsung jatuh," ungkapnya.

Sebelumnya saat disenterin oleh Yandi dia terpeleset lagi kemudian dia jatuh.

Ia menjelaskan Yandi sempat melihat barong putih sebelum makam. Saat di aliran air, rekan wanita itu sempat bertanya aman tidaknnya.

"Pas di makam, hp di matiin, dari Puncak sampai ke Makam saya nyetel musik dia nggak denger sama sekali," katanya.

"Harusnya lo denger, 'kagak gw nggak denger apa-apa', nah pas di matiin, dia bilang baru denger lagu tradisional, hah," ujarnya.

Kemudian, kata Chairul, saat tiba di makam berdasarkan pengakuan rekan wanitanya sempat istirahat.

"Dia merasa istirahat, padahal kita jalan terus, aneh lo, raga lo sama gua, sukma lo kali," ungkapnya.

Saat sampai rumah, dirinya merasa seperti ada gangguan.

"Ada sosok putih di kamarnya, dia minta ditemenin adeknya, nggak berani tidur sendiri," ujarnya.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler