Tsunami Megathrust Ancam Sebagian Besar Wilayah Indonesia, Ahli Geologi BRIN Peringatkan Ini

18 Oktober 2021, 20:06 WIB
Tsunami Megathrust Ancam Sebagian Besar Wilayah Indonesia, Ahli Geologi BRIN Peringatkan Ini. Ilustrasi tsunami. /Pexels/GEORGE DESIPRIS

ISU BOGOR - Peneliti Ahli Utama Geologi Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Yulianto menjelaskan Tsunami Megathrust mengancam sebagian besar wilayah Indonesia.

"Karena Indonesia tadi dilalui bahkan terbentuk oleh jalur Megathrust hampir seluruh wilayahnya, maka kemudian sebagian besar wilayah Indonesia berada di daerah yang terpapar oleh ancaman, disamping gempa yang sudah pasti juga Tsunami ini," jelas Eko Yulianto di Channel Youtube Siti Fadilah Supari Channel, Senin 18 Oktober 2021.

Sebelumnya, Eko juga menjelaskan kenapa disebut Mega dikarenakan ukuran dari Thrust tadi itu bisa ribuan kilometer. Seperti di Indonesia itu panjangnya dari lepas pantai Aceh hingga NTT dan berbelok ke Maluku.

Baca Juga: Turki Keluarkan Peringatan Tsunami saat Gempa Berkekuatan 6,5 Guncang Kreta

"Jadi sangat panjang, makanya disebut Megathrust, nah di interaksi ini karena menyelusup ke dalam ke bawah seperti ini, maka lempeng benua nya ini ada yang nyangkut awalnya terbawa ke bawah, nanti ketika elastisitasnya sudah terlampaui dia akan lepas," jelas Eko.

Saat elastisitasnya terlepas, kata Eko, inilah kemudian terpicu pada gempa bumi. Jika gempanya itu terjadi di pusat bawah samudera, maka seolah-olah dia seperti menendang air di atas air samudera.

"Sehingga kemudian air itu bergerak ke daratan, maka memicu Tsunami di daratan, maka memicu Tsunami," papar Eko.

Baca Juga: Pakar Sebut Potensi Gempa Megathrust dan Tsunami Raksasa Ancam Selatan Jawa, Denny Darko: Juga Jakarta

Tak hanya itu, Eko juga menyampaikan ancaman tersebut bakal terjadi dari Aceh turun ke Sumatera bagian Barat, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara ke Maluku.

"Kemudian Utara Sulawesi, Papua, semua berada di daerah ancaman Megathrust Tsunami ini," papar Eko.

Menurutnya, hal tersebut bisa dilihat masyarakat Indonesia secara tradisional itu juga mengabadikan di dalam budayanya tentang kejadian-kejadian Megathrust Tsunami ini.

Baca Juga: Denny Darko Ramal Tsunami Setinggi 29 Meter Terjadi: Ini Menghasilkan Sesuatu yang Sangat Mengejutkan

"Di masa lalu, karena mereka mempunya keperluan untuk menyelamatkan generasi penerus, generasi mudanya maka ada budaya-budaya yang terkait dengan upaya menyelamatkan diri dari Tsunami," ucapnya.

Misalnya seperti di Pulau Simelu mereka punya pengetahuan tradisional yang disebut sebagai smong. Namun demikian, hal tersebut jika ditanyakan ke orang Simelu mereka semua tidak akan bisa jawab satu definisi.

"Mereka hanya menjelaskan, smong itu adalah ketika ada gempa kuat, kemudian air laut surut, maka sebentar lagi air laut itu akan naik ke darat," paparnya.

Baca Juga: Ramalkan Tsunami Raksasa Setinggi 20 Meter, Denny Darko: Bepotensi Terjadi di Pesisir Selatan Pulau Jawa

Lebih lanjut, kata Eko, pengetahuan seperti smong inilah yang menyelamatkan masyarakat Simelu yang sebenarnya berada paling dekat sumber gempa dan Tsunami pada 2004.

"Ya disana saat itu hanya ada 7000 korban, dan pengetahuan ini bukan hanya di Simelu, karena kejadian ini saya menyebutnya nafas bumi, sejak bumi diciptakan sejak Indonesia sudah ada, gempa, tsunami," papar Eko.

Bahkan, gunung ada interaksi itu sudah ada, sehingga kemudian pengetahuan ini telah dimiliki oleh banyak komunitas suku bangsa di seluruh Indonesia.

"Di Simelu mereka mempunyai Smong misalnya, di kepulauan Mentawai mereka memiliki Iteteu yang kurang lebih juga pengetahuan tradisional tentang gempa dan tsunami itu tadi," jelasnya.

Terkait dengan itu, Eko juga mengingatkan bencana Gempa dan Tsunami pada 2018 di Sulawesi Tengah, masyarakat Majene menyebutnya Lembong Talu.

"Kemudian masyarakat Kaili, mereka bahkan sudah mengetahui istilah likuifaksi sebelum kejadian yang kemarin, mereka punya bahasa likuifaksi sendiri orang Kaili yaitu nalodo, misalnya," jelasnya.

Menurutnya, tanah yang bergerak menelan rumah-rumah beberapa waktu lalu itu, masyarkat tradisional sudah mengenalnya.

"Hanya kemudian ketika bergerak ke kondisi sekarang, barangkali pengetahuan-pengetahuan itu terlupakan," pungkasnya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler