Inilah yang dikenal orang Jawa/Majapahit sebagai Lintang Kemukus, bintang berekor.
Mungkin inilah sebabnya masyarakat Jawa hingga saat ini masih percaya bahwa penampakan komet di langit adalah pertanda akan adanya bencana.
Baca Juga: Bocoran Harga HP Realme C17 RAM 6GB dan Realme 7 Pro Berkamera 64MP yang Meluncur 14 Oktober 2020
Kisah tersebut memang termasuk kategori legenda atau mitos. Namun entah hanya karena kebetulan atau memang ada kebenaran di dalam cerita tersebut, perpecahan di dalam kerajaan Majapahit tidak pernah terjembatani.
Perpecahan ini, tentunya dengan kontribusi berbagai faktor lain dalam kondisi politik dan kemasyarakatan kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan di sekitarnya pada masa itu, akhirnya menjadi sebab runtuhnya kerajaan Majapahit. Semuanya kami serahkan kembali kepada para pembaca.
Komet: Fakta Sains
Sebagai pembuka, mari kita bahas secara singkat mengenai komet dari sudut pandang ilmiah. Kata komet berasal dari bahasa Latin cometa atau cometes, suatu istilah yang ternyata diturunkan dari bahasa Yunani.
Arti kata cometa atau cometes adalah “berambut panjang”. “Rambut panjang” dalam penamaan ini merujuk pada “ekor” atau cahaya terang memanjang yang terlihat dari Bumi ketika komet melintas.
Secara sederhana, komet adalah suatu benda langit yang berukuran kecil yang juga mengelilingi Matahari. Nukleus atau inti dari komet terdiri dari batu keras, debu, es (es air, H2O), dan gas-gas beku seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), metan (CH4) dan ammonia (NH3).
Baca Juga: Cermati Draf UU Cipta Kerja, Bima Arya Protes Pasal 10, 34 Soal Kewenangan Daerah Tentang Izin Usaha
Ketika komet berada dalam posisi terjauh dari Matahari (aphelion) komet tak ubahnya sebuah batu berlapis es dan gas beku biasa. Komet tidak memiliki cahayanya sendiri, dan bahkan tidak berekor sebagaimana ketika komet mendekati Matahari dan melintasi Bumi. Karena ukurannya yang kecil, komet dalam kondisi seperti ini sulit untuk diamati dari Bumi.