The Wall Street Journal melaporkan Senin bahwa Abramovich dan negosiator Ukraina menjadi sasaran serangan racun yang diduga, yang berpotensi dilakukan oleh kelompok garis keras Moskow yang berusaha menyabotase pembicaraan damai.
"Ini adalah bagian dari sabotase informasi, bagian dari perang informasi. Tak perlu dikatakan bahwa laporan-laporan ini tidak sesuai dengan kenyataan," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
Sebuah sumber yang mengetahui masalah tersebut sebelumnya mengkonfirmasi laporan tersebut kepada AFP, dengan menyatakan bahwa kabar itu hanya berdasarkan laporan Wall Street Journal.
"Sayangnya ini terjadi, seperti yang dilaporkan Wall Street Journal," kata sumber itu sebagaimana dilansir The Moscow Times, Selasa 29 Maret 2022.
Setelah pertemuan di ibukota Ukraina, Abramovich dan setidaknya dua negosiator senior Ukraina mengalami gejala termasuk mata merah, mata berair yang menyakitkan, dan kulit mengelupas di wajah dan tangan mereka, menurut sumber yang dikutip oleh Wall Street Journal.
Baca Juga: Dampak Perang Rusia Ukraina, Liga Premier Resmi Diskualifikasi Roman Abramovich
Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak tidak mengkonfirmasi insiden tersebut.
Peskov mengatakan pengusaha miliarder, yang telah ditempatkan pada daftar sanksi Barat bersama dengan oligarki lainnya, berpartisipasi dalam pembicaraan hari Selasa di Istanbul.
Kantor berita negara RIA Novosti melaporkan bahwa Abramovich berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa pagi sebelum pembicaraan dimulai.