Eschericia coli, Satu dari 6 Bakteri Penyebab Keracunan Makanan yang Bikin Heboh Dunia

11 Oktober 2020, 08:51 WIB
ILUSTRASI sakit perut. /PIXABAY/

ISU BOGOR - Baru-baru ini di Inggris dihebohkan dengan temuan bakteri Eschericia coli (E. coli) yang terkandung dalam produk pangan sejumlah daging yang di import dari Amerika Serikat (AS).

Bahkan bakteri E. coli juga belum lama ini, sempat mengejutkan dunia karena ditemukan kasus keracunan makanan pada buah Apel produksi Amerika Serikat.

Dikutip dari IsuBogor.com dari IPBTraining.com yang melansir The Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebanyak 32 orang di 11 negara bagian AS menjadi korban kejadian luar biasa listeriosis.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini 11 Oktober 2020, Pagi dan Malam Cerah Berawan, Siang Diguyur Hujan

Keamanan pangan merupakan aspek yang harus diperhatikan agar suatu pangan dapat memberikan fungsi sebagai penyedia zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia.

Ternyata tak hanya E. coli yang membuat keracunan, tapi ada beberapa jenis mikroorganisme bakteri patogen yang membuat keracunan makanan. Berikut 7 bakteri patogen penyebab keracunan pada makanan:

1. Salmonella sp.

Bakteri ini biasanya terdapat pada daging sapi, daging unggas dan telur yang tidak matang sempurna dan dimakan mentah.

Baca Juga: Serang Petugas, 7 Orang Pendemo Omnibus Law Resmi Ditahan

Kontaminasi juga dapat terjadi apabila pangan matang bercampur dengan pangan mentah atau kontaminasi silang dari penjamah makanan yang higienitasnya buruk.

Gejala yang dialami oleh orang setelah makan makanan terkontaminasi Salmonella diantaranya mual, demam, pusing, diare, muntah selama 2 sampai dengan 7 hari.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memasak pangan sumber protein hewani sampai matang benar, memisahkan makanan yang telah matang dengan pangan mentah dan menyimpan pangan pada suhu

Baca Juga: Bogor Berhenti Hujan, Petang Hingga Malam Sejumlah Daerah Mulai Banjir

2. Shigella sp.

Penyebaran jenis bakteri ini pada umumnya melalui orang/penjamah makanan yang memiliki higienitas yang buruk dalam mengolah dan meyiapkan makanan.

Shigella sering dijumpai pada pangan hewani yang melalui proses pengolahan yang panjang atau pangan yang tidak mengalami pemanasan. Masa inkubasi bakteri ini adalah 1-7 hari.

Orang yang terinfeksi bakteri ini akan mengalami sakit perut, demam, muntah dan diare.

Baca Juga: Kemkominfo Temukan 18 Hoaks Terkait Omnibus Law Cipta Kerja

Langkah pencegahan untuk menangani kasus ini antara lain mempraktikkan higienitas perorangan dan sanitasi dalam penanganan makanan (HACCP), tidak menyimpan makanan pada suhu ruang selama lebih dari 2 jam, selalu menggunakan lemari pendingin untuk menyimpan makanan dan pekerja/penjamah makanan yang sedang sakit (diare dan muntah) tidak boleh menangani pengolahan dan penyiapan pangan.

3. Eschericia coli (E. coli)

Jenis bakteri ini biasanya menyebar melalui pangan yang tercemar limbah. Hal ini terjadi pada perjalanan pangan mulai dari produksi sampai dengan tahap akhir ke tangan konsumen.

Baca Juga: Minggu Besok, Anies Umumkan Perpanjangan PSBB Jakarta

Selain itu, dapat ditemui pula pada daging yang kurang matang dan susu yang tidak dipasteurisasi. Masa inkubasinya adalah 3-4 hari. Apabila terinfeksi E. coli, penderita mengalami kram perut yang disertai diare, demam (bisa sampai 10 hari), bahkan perlu ditangani secara serius di rumah sakit.

Kejadian yang fatal seperti infeksi saluran urin yang bermuara pada gagal ginjal dapat terjadi bila terinfeksi bakteri E. coli. Beberapa cara untuk mencegah terkena infeksi ini adalah tidak mengonsumsi air mentah, susu non pasteurisasi dan makanan setengah matang (tidak matang sempurna).

4. Campylobacter jejuni

Penyebaran bakteri ini terjadi melalui air mentah, binatang peliharaan yang terinfeksi, mengonsumsi daging, unggas, susu dan kerang yang tidak dimasak dengan sempurna.

Baca Juga: Siapkan Kocek Rp 5 Juta untuk HP Galaxy M51, Spesifikasi Bisa Nonton 34 Jam Nonstop dan 4 Kamera

Masa inkubasi infeksi adalah 2 sampai dengan 3 hari dengan disertai gejala-gejala seperti diare (kadang disertai darah), demam dan pusing yang berlangsung selama 1 sampai dengan 10 hari.

Menghindari konsumsi pangan mentah, memasak air minum terlebih dahulu, mengonsumsi susu yang telah dipasteurisasi dan menjaga kebersihan, serta menghindari kontaminasi silang antara bahan pangan mentah dan matang, selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri dan peralatan pangan merupakan upaya yang harus dilakukan untuk menghindari infeksi bakteri ini.

5. Listeria monocytogenes

Umumnya bakteri ini ditemukan dialam, saluran pencernaan manusia dan hewan serta lingkungan pengolahan makanan. Media penyebarannya antara lain air minum mentah, susu nonpasteurisasi, daging dan produk perikanan serta sayur dan buah mentah yang dipupuk dengan pupuk kandang.

Baca Juga: Nelangsa, Pemain Gaji Tertinggi Ozil Ditendang Arsenal di Liga Eropa

Infeksi pada orang dewasa dapat menimbulkan gejala demam, menggigil, kembung, sedangkan pada bayi dan anak kecil terdapat gejala-gejala seperti muntah dan sulit bernapas.

Selain itu, kasus ini dapat menyebabkan keguguran janin pada wanita hamil. Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain menghindari mengkonsumsi susu mentah dan keju yang dibuat dari susu nonpasteurisasi, mengikuti petunjuk label pada kemasan dan memanaskan kembali produk pangan beku.

Penyebaran bakteri ini berlangsung melalui kulit manusia, jerawat, bisul dan infeksi teggorokan saat melakukan penyiapan dan pengolahan makanan.

Baca Juga: Kesal Terus Dituduh Sebagai Dalang Demo, Andi Arief Usul SBY Turun Langsung Aksi Bersama Masyarakat

Staphylococcus aureus senang berkembang pada jenis makanan seperti daging sapi, daging unggas, salad, keju, telur dan makanan yang ditutupi oleh krim. Gejala-gejala yang biasanya dialami oleh orang yang keracunan antara lain mual, muntah, diare dank ram perut selama 1 sampai dengan 2 hari.

Namun, kejadian ini jarang berujung fatal. Menjaga kebersihan diri, selalu mencuci tangan saat mengolah, menyiapkan dan menyentuh makanan, serta menjaga kualitas sanitas lingkungan yang baik merupakan tindakan pencegahan keracunan makanan yang disebabkan oleh jenis bakteri ini.

7. Clostridium botulinum

Jenis bakteri ini paling banyak ditemukan dalam produk pangan kaleng tetapi tidak dengan proses pemanasan yang sempurna. Biasanya praktik ini sering dijumpai pada industri rumah tangga.

Baca Juga: SBY Dituding Aktor Demo Omnibus Law, Rocky Gerung: Ga Mungkin Kodok Ijo Temukan Kambing Hitam

Tanda-tanda yang dapat ditemui jika suatu pangan mengandung bakteri maupun toksinnya antara lain terdapat cairan jernih agak keputihan. Kemasan retak, tutup kaleng yang kendor, kaleng yang menggembung atau timbul bau yang menyimpang.

Masa inkubasinya adalah 4-72 jam dengan gejala-gejala yang timbul seperti sulit menelan, sulit bernafas, mata mengantu, kesulitan berbicara dan penglihatan berbayang.

Bila tidak segera ditangani akan berakibat fatal. Cara pencegahannya adalah mencermati kondisi pangan kaleng sebelum membeli, tidak mengonsumsi produk makanan dengan kaleng yang rusak dan memanaskan pada suhu 800 C selama 20 menit sebelum dikonsumsi.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: IPB

Tags

Terkini

Terpopuler