Presiden Prancis Macron Paham Akan Kemarahan Umat Islam, Sebut Orang yang Membencinya Keliru

- 2 November 2020, 22:24 WIB
Tangkap Layar Presiden Prancis, Emmanuel Macron saat wawancara terkait sentimen yang ditujukan padanya soal karikatur Nabi Muhammad.
Tangkap Layar Presiden Prancis, Emmanuel Macron saat wawancara terkait sentimen yang ditujukan padanya soal karikatur Nabi Muhammad. /YouTube/Al Jazeera English

Surat terbuka itu, diterbitkan Sabtu lalu, oleh organisasi Muslim Eropa dari beberapa negara termasuk Belanda, Finlandia dan Italia.

Presiden Prancis Emmanuel Macron saat diwawancarai wartawan Al Jazeera, pada hari Minggu 1 November 2020.
Presiden Prancis Emmanuel Macron saat diwawancarai wartawan Al Jazeera, pada hari Minggu 1 November 2020. Twitter @EmmanuelMacron

Sebagaimana dilansir Aljazeera.com, mereka mengatakan pemimpin Prancis telah gagal memberikan "kepemimpinan moral yang kuat" setelah pembunuhan seorang guru dan tiga jemaah di sebuah gereja bulan lalu.

"Menodai Islam dan warga Muslim Anda sendiri, menutup masjid arus utama, organisasi Muslim dan hak asasi manusia,"

"Dan menggunakan ini sebagai kesempatan untuk membangkitkan kebencian lebih lanjut, telah memberikan dorongan lebih lanjut kepada para rasis dan ekstremis brutal," kata mereka yang menandatangani surat terbuka.

Baca Juga: Park Ji Sun Ditemukan Tewas Bersama Ibunya, Netizen: Beristirahatlah dengan Tenang

Baca Juga: Geger Mayat Dalam Karung di Cibinong, Leher Terputus dan Sudah Jadi Tengkorak

Bahkan dalam surat terbuka itu juga, mereka mendesak Macron untuk memikirkan kembali apa yang mereka sebut "serangan sepihak terhadap Muslim, Islam dan Nabi Muhammad".

“Dasar moral yang tinggi yang kami undang untuk Anda, adalah menolak kebencian, marginalisasi dan retorika yang memecah belah, dan menggunakan kepemimpinan Anda untuk menyatukan orang.”

Sekada diketahui, Macron dalam beberapa pekan terakhir menuai kecaman luas di sebagian besar dunia Muslim setelah membela hak karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan ulang surat kabar Charlie Hebdo, September lalu.***

Halaman:

Editor: Yudhi Maulana Aditama

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x