Ketika Israel melanjutkan serangan udaranya ke lokasi-lokasi yang terkait dengan Hamas di Gaza, Iran memperingatkan “konsekuensi serius” jika pemboman tersebut tidak dihentikan.
Israel siap melancarkan serangan darat paling ambisius sejak invasi ke Lebanon pada tahun 2006. Ini juga akan menjadi pertama kalinya sejak invasi Gaza tahun 2008 dimana Israel berusaha merebut dan mempertahankan wilayah tersebut.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk melenyapkan Hamas setelah serangan mematikannya terhadap warga sipil, yang paling mematikan dalam sejarah negara itu.
Baca Juga: Genosida di Gaza Palestina: Korban Tewas Kekejaman Israel Tembus 2.268 Orang
Israel telah menjadikan Gaza sebagai sasaran pemboman terberat dalam sejarahnya. Hal ini menyebabkan wilayah tersebut, yang merupakan rumah bagi 2,3 juta orang, berada dalam kondisi lockdown total dan menghancurkan sebagian besar infrastrukturnya.
Untuk melawan serangan multi-cabang Hamas, Israel, bersama dengan gabungan kekuatan militer dan angkatan udaranya, telah mengerahkan 300.000 tentara cadangan untuk memenuhi tujuan Netanyahu untuk menghancurkan Gaza hingga menjadi puing-puing. Serangan darat yang direncanakan pada Minggu dini hari ternyata belum juga dimulai.
Lantas Apa yang Ditakuti Israel?
Menurut The New York Times, rencana invasi akhir pekan pasukan Israel digagalkan oleh cuaca mendung, yang akan menyulitkan pilot dan operator drone untuk memberikan perlindungan udara bagi pasukan darat.
Gaza, daerah padat penduduk dengan jaringan terowongan yang rumit merupakan faktor kunci dalam situasi keamanan Israel yang menakutkan. Seorang juru bicara militer Israel baru-baru ini menyatakan bahwa mereka menyerang bagian dari jaringan terowongan, namun ini akan menjadi pertempuran yang sangat melelahkan.
Analis militer Israel mengatakan mereka khawatir Hamas akan menggunakan para sandera sebagai tameng manusia, sehingga menciptakan dilema moral dan operasional bagi Israel.
Ada juga kekhawatiran bahwa Hamas akan menggunakan sandera Israel sebagai tameng manusia untuk menghalangi serangan dengan menciptakan dilema operasional besar-besaran bagi otoritas Israel.