Sergey Lavrov: Tidak Mungkin Ada Pemenang Dalam Perang Nuklir

- 19 April 2022, 23:27 WIB
Sergey Lavrov: Tidak Mungkin Ada Pemenang Dalam Perang Nuklir
Sergey Lavrov: Tidak Mungkin Ada Pemenang Dalam Perang Nuklir /Reuters
ISU BOGOR - Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov telah menolak klaim bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina.

Tanggapan Lavrov diungkapkan saat ditanyai tentang masalah ini selama wawancara ekstensif dengan India Today di Moskow pada Selasa, 19 April 2022.

Ketika wartawan menyebutkan bahwa Presiden Ukraina Zelensky mengatakan bahwa Rusia berencana untuk menggunakan senjata taktis.

Baca Juga: Sergey Lavrov: Fase Baru Operasi Khusus Rusia di Ukraina Telah Dimulai

“Dia (Zelensky)mengatakan banyak hal,” kata Lavrov sebagaimana dilansir Russia Today, Selasa 19 April 2022.

Dia mengingatkan bahwa Rusia tidak pernah menyebut penggunaan senjata nuklir sebagai opsi selama operasi militernya di negara tetangga, dan pemimpin Ukraina adalah satu-satunya yang berbicara tentang ini.

"Saya tidak bisa mengomentari sesuatu, yang diucapkan oleh orang yang tidak terlalu memadai," ungkapnya.

Baca Juga: Lavrov: Operasi Khusus Rusia di Ukraina untuk Akhiri Arah AS Dominasi Dunia

Bahkan Lavrov menegaskan kembali gagasan bahwa penggunaan Nuklir justru akan jadi pecundang.

"Tidak mungkin ada pemenang dalam perang nuklir dan meyakinkan bahwa Rusia hanya akan mengandalkan senjata konvensional di Ukraina," tambah Sergey Lavrov.

Sekadar diketahui, Zelensky mengklaim bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina selama wawancara dengan CNN pada hari Jumat.

Baca Juga: Rusia Tuduh Ukraina Ubah Tuntutan Sejak Pembicaraan Istanbul, Lavrov: Ini Penyimpangan

“Tidak hanya saya - seluruh dunia, semua negara harus khawatir karena itu bukan informasi yang sebenarnya, tetapi itu bisa menjadi kebenaran,” kata dia sambil memperingatkan Zelensky yang tanpa memberikan bukti apa pun untuk mendukung kata-katanya.

Rusia menyerang Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Luhansk.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Baca Juga: Lavrov Tanggapi Tuduhan Pembantaian di Kota Bucha Ukraina: Serangan Palsu Anti-Rusia

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Russia Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah