Penembak Presiden Haiti Ternyata Tentara Bayaran, Polisi Ancam Akan Bunuh atau Tangkap Pelaku

- 8 Juli 2021, 12:55 WIB
Ilustrasi pistol dan peluru.
Ilustrasi pistol dan peluru. /Pixabay/Brett Hondow

ISU BOGOR - Tewasnya Presiden Haiti Jovenel Moise akibat tembakan dalam penyerangan di rumah kepresidenan, Rabu, 7 Juli 2021 dini hari pukul 1.00 waktu setempat ternyata oleh tentara bayaran.

Dikutip dari Reuters, pada Kamis, 8 Juli 2021, polisi telah membunuh empat tentara bayaran dan menangkap 2 orang lainnya.

Direktur Jenderal Polisi Leon Charles dalam siaran televisi Rabu malam mengatakan pasukan keamanan tidak akan beristirahat sampai para pelaku tertangani.

Baca Juga: Mengagetkan! Presiden Haiti, Jovenel Moise Diserang Hingga Tewas di Rumahnya, Penembak Dikutuk Barbar


Pasukan keamanan Haiti terlibat baku tembak sengit pada Rabu dengan penyerang yang membunuh Presiden Jovenel Moise di rumahnya semalam, menjerumuskan negara yang sudah miskin dan dilanda kekerasan itu lebih dalam ke dalam kekacauan.

"Kami memblokir mereka dalam perjalanan saat mereka meninggalkan TKP," katanya. "Sejak itu, kami bertarung dengan mereka."

"Mereka akan dibunuh atau ditangkap."

Moise, seorang mantan pengusaha berusia 53 tahun yang menjabat pada 2017, ditembak mati dalam penyerangan Rabu, 7 Juli 2021 dini hari.

Sementara istrinya, Martine Moise terluka parah ketika pembunuh bersenjata berat menyerbu rumah pasangan itu di perbukitan di atas Port-au-Prince sekitar pukul 1 pagi waktu setempat (0500 GMT).

Baca Juga: Presiden Haiti Jovenel Moise Dibunuh, Saksi: Pelaku Juga Gunakan Granat dan Drone

Ibu negara telah diterbangkan ke Florida untuk perawatan dengan kondisi yang mulai stabil.

Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat, Bocchit Edmond, mengatakan bahwa orang-orang bersenjata itu menyamar sebagai agen Administrasi Penegakan Narkoba AS (DEA).

Mereka memasuki kediaman Moise pada penjagaan malam hari yang kemungkinan membantu mereka masuk lebih mudah.

Para pembunuh itu menuai kecaman dari Washington dan negara-negara tetangga Amerika Latin.

Haiti dikabarkan tengah dalam kerusuhan politik, gelombang kekerasan geng, dan krisis kemanusiaan yang berkembang di negara termiskin di Amerika itu.

Pemerintah Haiti mengumumkan keadaan darurat selama dua minggu untuk membantu memburu para pembunuh Moise.

Mereka disinyalir sebagai tentara bayaran asing dan pembunuh terlatih.

Perdana Menteri sementara Claude Joseph yang kini mengambil alih kepemimpinan negara menyebut para pembunuh berbicara dalam bahasa Inggris dan Spanyol.

Baca Juga: Presiden Haiti Jovenel Moise Dibunuh, Boris Johnson: Saya Terkejut dan Sedih

Sementara Haiti, masyarakatnya mayoritas berbicara bahasa Prancis atau Kreol Haiti.

"Saya menyerukan ketenangan. Semuanya terkendali," kata Joseph di televisi bersama Direktur Jenderal Polisi Charles. "Tindakan barbar ini tidak akan dibiarkan begitu saja," katanya.***

Editor: Chris Dale

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah