Dilema Garuda Indonesia: Diselamatkan Tambah Hutang, Dibiarkan Bakal Bangkrut

- 3 Juni 2021, 19:55 WIB
Maskapai Garuda Indonesia
Maskapai Garuda Indonesia /Tangkap layar/Instagram @garuda.indonesia

Meski begitu, ia berharap akan tercapai kesepakatan dari seluruh kreditur untuk menyepakati proses restrukturisasi Garuda.

Dengan berbagai upaya yang tengah dilakukan pemerintah, dengan total utang Garuda yang mencapai Rp 70 triliun atau setara US$ 4,5 miliar diharapkan dapat diturunkan utangnya di kisaran US$ 1 hingga 1,5 miliar.

Baca Juga: Warga Tertua 111 Tahun Doakan di Hari Jadi Bogor ke-539 Lebih Makmur

“Secara sederhana, kalau EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) tidak sampai US$ 200-250 juta, itu secara kondisi keuangan yang normal maksimum rasionya 6 kali. Jadi sekitar US$ 250 kali 6, US$ 1,5 miliar. Di atas itu Garuda enggak bisa going concern karena enggak akan mampu bayar utang-utangnya,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan masalah terbesar Garuda Indonesia adalah beban kepada lessor yang mencapai 36 pihak. Oleh sebab itu, Kementerian BUMN berencana memetakan ulang lessor.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,1 Guncang Ternate, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

“Ada 36 lessor yang memang harus kami petakan ulang, mana lessor yang sudah masuk kategori dan kerja sama pada kasus yang sudah dibuktikan koruptif, itu yang pasti kami akan standstill (moratorium) bahkan negosiasi keras,” ucapnya.

Sedangkan, untuk lessor yang tidak bermasalah ia menuturkan pemegang saham akan mendorong Garuda Indonesia untuk melakukan negosiasi. Sebab, beban pembayaran kepada para lessor tersebut dirasa berat pada masa pandemi covid-19 saat ini.

“Beban kedua terberat yaitu memang kami harus berani mengubah bisnis model tidak hanya Garuda tetapi banyak perusahaan BUMN pasca-Covid-19,” ucapnya.***

Halaman:

Editor: Chris Dale


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah