Jokowi Dikuliahi Rizal Ramli Cara Berkuasa Lama Seperti Soeharto, Belanda dan PM Inggris

25 Oktober 2020, 13:22 WIB
Rizal Ramli dalam acara Karni Ilyas Club di kanal YouTube Karni Ilyas.* /YouTube @Karni Ilyas

ISU BOGOR - Mantan Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengklaim sempat memberikan wejangan atau menguliahi Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar bisa berkuasa lama dengan cara tidak menggangu agama dan kepercayaan masyarakat.

Rizal Ramli menyebut hal tersebut dilakukan seperti era Presiden Soeharto, Perdana Menteri Inggris hingga masa kolonial Belanda.

Hal tersebut Rizal Ramli sampaikan dalam kanal YouTube Karni Ilyas Club. Menurut Rizal, selain karena banyaknya orang-orang di Istana atau disekitar Jokowi yang phobia terhadap Islam, juga karena tak adanya penasihat ahli di bidang Antropologi dan Sosiologi.

Baca Juga: 2 Jam Kuliahi Jokowi, Rizal Ramli Bongkar Penyebab Istana Sering di Demo

Baca Juga: Serbu Promo Shopee Gajian Sale! Ada Promo Gratis Ongkir, Cashback Kilat 100%, Hingga Flash Sale 60RB

"Akhirnya saya kasih kuliah Jokowi hampir 2 jam lebih. Saya jelaskan mas (Jokowi) tahu nggak kenapa Inggris,"

"Bisa berkuasa ratusan tahun di seluruh negara Asia Afrika, karena dia punya penasihat Ahli Antropologi yang tinggal belasan tahun di Afrika," kata Rizal kepada Jokowi sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Karni Ilyas Club yang diunggah 23 Oktober 2020.

Begitu orang Afrika ini memuji dewanya yang kalau malam seperti orang mabuk. "Tapi dia (antropolog) nggak berani komentar, ini tidak benar, ini irasional,"

"Karena dia tahu, dia pasti mati. Nah pengalaman antropolog ini, dijadikan nasihat kepada berbagai perdana menteri di Inggris,"

"Satu kamu boleh menjajah, boleh nyedot harta kekayaan di negara berkembang, tetapi tidak boleh ganggu agama, tidak boleh ganggu trust (kepercayaan/keyakinan)," katanya.

Baca Juga: Rizal Ramli Bongkar Skenario Demo Tolak Omnibus Law Sengaja Dibuat Rusuh

Itulah Inggris, kenapa bisa berkuasa lama, Rizal Ramli mengaku sempat menjelaskan hal tersebut ke Jokowi.

"Mas (Jokowi) tahu nggak Belanda, menyuruh tanam paksa, menyengsarakan, rakyat tak ada perlawanan, waktu bikin jalan Cadas Pangeran, yang meninggal tuh ratusan, rakyat tak melawan, kenapa? karena waktu sembahyang break, pergi dan lain-lain," katanya.

Tapi begitu Belanda masuk mengganggu tokoh agama, contohnya Imam Bonjol di Sumatera Barat, perang belasan tahun, ganggu Pangeran Diponegoro, perang puluhan tahun, begitu pula Aceh.

"Artinya apa? Iya kan, jangan ganggu tradisi dan agama, You'll Be Fine. Tapi ada aja Islam Phobia di sekitar Jokowi," katanya.

Baca Juga: Hujan Semalam, Ribuan Rumah di Gunung Putri Bogor Terendam, 22 Orang Terdampak, 1.000 Jiwa Mengungsi

Padahal, lanjut dia, Indonesia Pancasila, tidak boleh Phobia Islam, Phobia Katolik, Phobia Kristen.

"Iya kan, dan jangan omongin agama dan faith orang lain, di berbagai WA Group ada yang doyan ngomongin agama Islam begini begitu, nggak boleh itu kan soal faith (keyakinan), bukan soal rasional," jelasnya.

Kalau soal rasional kita bisa diskusi. Hal seperti ini Rizal Ramli memberikan masukan ke Jokowi.

Baca Juga: Khabib Nurmagomedov Pensiun, Conor McGregor Beri Hormat

"Mas tahu nggak kenapa pak Harto (Presiden Soeharto) bisa berkuasa 32 tahun, dia (Jokowi) bilang karena otoriter, karena ABRI," katanya.

Rizal Ramli menambahkan, bahwa bukan hanya karena Soeharto otoriter dan latar belakangnya tentara.

"Karena dia didampingi oleh, Profesor Kuntjoro Ningrat, ahli antropologi dan Profesor Selo Soemarjan ahli sosiologi, saat itu Soeharto diberi masukan ini nggak boleh, itu nggak boleh," katanya.

Terkait dengan itulah ia menyarankan ke Jokowi untuk ditiru, karena selama ini di Istana tak ada orang yang ahli Antropologi dan Sosiologi.

"Benar nasihat saya, diadakanlah pertemuan ahli antropologi yang datang sekitar 70-100 orang, namanya profesor kalau debat berjam-jam, yang hadir bingung, akhirnya kagak jadi dipilih," ucapnya.

Baca Juga: Masih PSBB, Bupati Bogor Ade Yasin Wanti-wanti: Tempat Wisata Wajib 50 Persen Pengunjung

Demikian juga ahli sosiologi, nasihatnya dikerjakan, bahkan Jokowi sempat megumpulkan para ahli sosiologi juga.

"Kalau dia cerdas kan, ya cari saja ahli Antropologi, tanya siapa yang paling baik, atau minta tolong saya, mas Rizal kan banyak teman, cariin saya antropologi dan sosiologi top," katanya.

Sehingga dengan demikian Jokowi dalam mengambil kebijakan memiliki second opinion sebelum mengambil kebijakan.

"Ini sampai hari ini, dia (Jokowi) tidak pernah dapat nasihat dari ahli antropologi dan sosiologi," katanya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler