Macron Sebut Perang Ukraina Akan Berlangsung Lama: Rusia Tak Bisa Diharapkan

8 April 2022, 15:17 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron Sebut Perang Ukraina Akan Berlangsung Lama: Rusia Tak Bisa Diharapkan /Reuters
ISU BOGOR - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyatakan konflik atau perang Rusia dengan Ukraina tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

"Rusia tidak dapat diharapkan untuk membuat konsesi diplomatik dalam beberapa minggu mendatang," kata Macron dilansir dari Kantor Berita Rusia TASS, Jumat 8 April 2022.

Konflik di Ukraina tidak akan segera berakhir, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada stasiun radio RTL pada hari Jumat.

Baca Juga: Rusia Sebut Finlandia Sedang Menatap Kehancuran Jika Bergabung dengan NATO

"Sayangnya, konflik tidak akan segera berakhir. Saya percaya bahwa kita akan melihat situasi yang sangat sulit di Donbass dalam beberapa hari dan minggu mendatang," tambah Macron.

Menurut Macron inilah sebabnya, bersama dengan Turki, Yunani, dan PBB, pihaknya melakukan berbagai cara untuk mengatur operasi kemanusiaan di kota Mariupol dan Dnepr.

Secara tegas, Maron menyebut bahwa Rusia merupakan bangsa yang sulit diharapkan untuk membuat konsesi perdamaian.

Baca Juga: Telak! Biden Nyatakan Rusia Tak Lagi Punya Tempat di Dewan HAM PBB

"Rusia tidak dapat diharapkan untuk membuat konsesi diplomatik dalam beberapa minggu mendatang. Itu tidak akan terjadi sampai pertengahan Mei," kata Macron.

Ia menambahkan bahwa Rusia akan menandai Hari Kemenangan pada 9 Mei. Presiden Prancis juga menekankan bahwa setiap hari permusuhan membuat hari esok lebih sulit.

"Tidak akan ada perdamaian di Eropa jika kita tidak memikirkan hari esok," tegasnya.

Baca Juga: Rusia Terancam 'Ditendang' dari PBB, Juru Bicara Putin Ungkap Penyesalan: Kami...

Sekadar diketahui, sejak 24 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus berdasarkan permintaan dari kepala republik Donbass.

Pemimpin Rusia itu menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina dan tujuannya adalah untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.

Sebagai tanggapan, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan sejumlah negara lain mengumumkan sanksi terhadap individu dan entitas Rusia.

Baca Juga: PBB Tangguhkan Keanggotaan Rusia di Dewan HAM, Presiden Ukraina Beri Tanggapan Ini

Prancis akan mengadakan pemilihan presiden dua putaran pada 10 dan 24 April. Menurut jajak pendapat, Macron akan memenangkan putaran pertama, memperoleh 27% suara.

Presiden Reli Nasional Marine Le Pen dan pendiri partai kiri La France Insoumise Jean-Luc Melenchon diperkirakan akan menempati posisi kedua dan ketiga, masing-masing.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: TASS

Tags

Terkini

Terpopuler