Kandahar Direbut Taliban, Menhan Inggris Ben Wallace Sebut Biden dan Trump Biadab Atas Kesepakatan 'Busuk'

13 Agustus 2021, 21:55 WIB
Kolase foto Ben Wallace (kiri), Joe Biden (tengah) dan Donald Trump /Instagram @benwallacemp @joebiden @donaldtrump

ISU BOGOR - Menteri Pertahanan (Menhan) Inggris, Ben Wallace, mengecam keputusan Amerika Serikat (AS) yang menggagalkan kesepakatan dengan Taliban. Ia mengecam adanya rencana busuk dibalik menjaga perdamaian negara itu dengan pemberontak.

Bahka Ben Wallace menuding Presiden AS Joe Biden telah merusak dua puluh tahun kerja mereka di Afghanistan dalam menjaga perdamaian.

AS membiarkan dan mempercayakan gerilyawan Taliban bahwa mereka berada di atas angin untuk menolak dan membatalkan apa yang disebut perjanjian Doha yang dicapai Donald Trump pada tahun 2020.

Baca Juga: Taliban Rebut Kandahar, Inggris Kirim Pasukan untuk Evakuasi Warganya di Kabul

Baca Juga: Usai Rebut Kandahar, Cengkeraman Taliban di Afghanistan Semakin Kuat

Kandahar, sebagai kota terbesar kedua di negara itu menjadi yang terbaru di serangkaian kota yang jatuh ke tangan gerilyawan Taliban dalam beberapa hari terakhir.

Dengan demikian, ibu kota Kabul yang dikhawatirkan akan jatuh ke tangan pemberontak dalam tiga bulan ke depan bukan hal mustahil.

Maka dari itu Ben Wallace bersikeras bahwa masyarakat internasional sekarang menghadapi situasi "sulit".

Baca Juga: Kandahar Direbut Taliban, Diplomat Rusia Sebut Bukan Hasil Pertempuran Tapi karena Pasukan Afghanistan Kabur

"Saya pikir kesepakatan yang dilakukan di Doha adalah kesepakatan yang busuk," ungkapnya.

Sebab, lanjut Ben Wallace, AS diduga memberitahu kepada Taliban bahwa mereka menang dan itu merusak Pemerintah Afghanistan.

“Dan sekarang kita berada dalam posisi di mana Taliban memiliki momentum yang jelas di seluruh negeri dan alih-alih proses politik berjalan, yang seharusnya dilakukan oleh perjanjian Doha, saat ini kita berada dalam posisi yang sulit," ungkapnya.

Baca Juga: Taliban Bebaskan 1.000 Narapidana di Kota-kota Afghanistan yang Diduduki

Ben Wallace kesal karena pihaknya pergi bersama AS dengan meninggalkan masalah yang sangat besar dan itu dijadikan momentum oleh Taliban untuk memperluas daerah kekuasaan.

"Saya memang mencoba menyatukan komunitas internasional dan saya khawatir sebagian besar tidak tertarik," ungkapnya.

Sementara itu, Mantan anggota parlemen Tory Stewart mengatakan bahwa orang-orang di Afghanistan merasa dikhianati oleh keputusan Pemerintah Inggris untuk mengikuti AS dalam menarik pasukan dari perang melawan gerilyawan Taliban.

Baca Juga: Taliban Rebut Kota Strategis Afghanistan Ghazni yang Semakin Dekat ke Kabul

Steward berbicara dengan penuh semangat dalam sebuah wawancara dengan BBC Radio saat dia mencemooh keputusan Presiden Biden untuk menarik pasukan AS tanpa "rencana transisi". kekuatan dari pertarungan.

Dia berkata mereka merasa benar-benar dikhianati, seolah-olah dirinya telah mengundang seseorang dari latar belakang yang sangat rapuh ke rumah.

"Kemudian Anda berjanji Anda akan mengubah hidup mereka, dan tiba-tiba tanpa pemberitahuan sesaat membanting pintu pada mereka dan mengusir mereka tanpa rencana transisi. Maksud saya, horornya adalah tidak ada tempat bagi orang-orang," ungkapnya.

Menurutnya, orang-orang menaruh harapan mereka pada barat, hubungan baik yang mendalam telah dibangun melalui kerja amal Inggris, Amerika, Eropa.

"Sudah banyak orang yang bekerja bersama selama 20 tahun untuk mencoba memulihkan kesehatan, pendidikan, infrastruktur. Afghanistan adalah tempat yang jauh lebih baik daripada yang saya tahu 20 tahun lalu," katanya.

Bahkan, kata dia, 20 tahun yang lalu ketika dirinya berkujung ke Kabul adalah kota hantu.

"Sekarang menjadi kota berpenduduk empat juta orang, orang-orang yang mencoba menjalani kehidupan yang layak... terhubung dengan dunia luar. Kami benar-benar mengkhianati mereka tanpa alasan sama sekali."

Stewart kemudian mendukung keputusan Presiden Biden untuk menarik pasukan tempur AS dari Afghanistan.

Dia juga mengatakan salah satu masalahnya adalah Biden dan yang lain menyarankan ini entah bagaimana perang $ 100 miliar, bahwa ratusan tentara AS terbunuh setahun.

"Itu tidak benar selama lima tahun. Kami memiliki kehadiran yang sangat ringan yang bisa kami pertahankan dan jika AS akan meninggalkannya, anggota NATO lainnya termasuk Inggris harus memiliki rencana transisi dan mengambil alih beban itu," katanya.

Itu terjadi ketika Ben Wallace menolak untuk mengesampingkan Tentara Inggris kembali ke Afghanistan di tengah kemajuan pesat pejuang Taliban di seluruh negeri.

Ben Wallace mengatakan jika pihaknya ingin menghentikan ancaman jangka pendek secara global, di mana Inggris juga memiliki ancaman terhadap kepentingannya dan rakyatnya.

"Kami memiliki kemampuan kontra-terorisme global. Ini jelas tidak sesempurna yang berbasis di negara seperti yang pernah kami alami di Afghanistan tetapi kami mempertahankan kemampuan militer untuk menghadapi ancaman di mana kami menghadapinya atau kami harus menghadapinya di bawah hukum internasional," katanya.

Jika ada ancaman segera terjadi yang berasal dari mana saja di dunia, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, negara-negara lain memiliki kemampuan untuk menghadapinya.

Dia menambahkan dirinya akan selalu mengerahkan kekuatan atau kemampuan yang mengganggu bersama bagian lain dari negara Inggris - atau bahkan koalisi - untuk melindungi keamanan nasional dan kepentingannya.

"Kami akan selalu melakukan itu, kami berhak melakukannya, dan itu adalah kemampuan global," pungkasnya.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler