Studi Terbaru: Vaksin BioNTech Pfizer Mampu Hasilkan Antibodi 10 Kali Lebih Banyak Dibandingkan Sinovac

17 Juli 2021, 00:53 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19 Sinovac. /Pixabay/blende12.

ISU BOGOR - Sebuah studi terbaru menemukan ada kesenjangan substansial dalam jumlah antibodi yang dihasilkan vaksin mRNA Biontech dan Sinovac. Ternyata Biontech mampu menghasilkan antibodi 10 kali lebih banyak dibandingkan Sinovac.

Penelitian itu dilakukan di Hong Kong meyebutkan tentang apa yang mungkin berkontribusi pada beragam hasil setelah vaksinasi massal menggunakan berbagai jenis tembakan.

Dikutip dari Bloomberg, bahwa penelitian itu dipublikasikan di The Lancet pada hari Kamis 15 Juli 2021.

Baca Juga: Studi Terbaru: Vaksin COVID-19 dari Sinovac Kurang Efektif Melawan Varian Delta

Studi menemukan bahwa tingkat antibodi petugas kesehatan Hong Kong yang telah divaksina mRNA BioNTech SE sekitar 10 kali lebih tinggi daripada penerima vaksin dari Sinovac Biotech Ltd.

Sementara antibodi penangkal penyakit tidak memperhitungkan gambaran lengkap dalam hal mengukur kemampuan untuk menghasilkan kekebalan dan efektivitas vaksin Covid.

“Perbedaan konsentrasi antibodi penetral yang diidentifikasi dalam penelitian kami dapat diterjemahkan menjadi perbedaan substansial dalam efektivitas vaksin,” kata para peneliti.

Baca Juga: Studi Baru: COVID-19 Kemungkinan Besar Berasal Dari Alam, Bukan Kebocoran Lab di Wuhan China

Temuan ini menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan keunggulan vaksin mRNA dalam memberikan perlindungan yang kuat dan komprehensif terhadap Sars-CoV-2 dan variannya, dibandingkan dengan vaksin yang dikembangkan dengan metode yang lebih tradisional seperti suntikan yang tidak aktif.

Negara-negara dari Israel hingga AS yang sebagian besar mengandalkan vaksin mRNA dari Pfizer Inc. dan mitra Jermannya BioNTech, serta Moderna Inc., telah mengalami penurunan jumlah infeksi yang nyata.

Mereka yang menggunakan sebagian besar suntikan tidak aktif dari Sinovac dan Sinopharm China belum mengalami banyak penurunan dalam jumlah kasus, meskipun penggunaan kedua jenis telah secara signifikan mencegah Covid dan kematian yang lebih parah.

Baca Juga: Studi Baru: Menemukan Varian Lambda Covid-19 Lebih Mematikan dan Kebal Terhadap Vaksin

Efektivitas yang lebih rendah dari vaksin yang tidak aktif telah mendorong negara-negara dari Thailand hingga Uni Emirat Arab untuk menawarkan suntikan booster lain kepada orang-orang yang sudah divaksinasi penuh karena varian delta yang lebih menular memicu kebangkitan infeksi.

Studi di Hong Kong juga menyarankan bahwa penelitian di masa depan dapat melihat bagaimana suntikan booster dapat menopang tingkat antibodi dan perlindungan di antara orang yang divaksinasi dengan suntikan yang tidak aktif.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler