Kabar Baik, Produk Eucalyptus Kementan Berhasil Uji Klinis Obati Covid-19

6 Mei 2021, 09:25 WIB
Talkshow Satu Tahun Penelitian Eucalyptus, di Puslitbang Perkebunan, Bogor, Rabu 5 Mei 2021 /Chris Dale/Isu Bogor

ISU BOGOR - Setelah satu tahun melakukan riset, produk eucalyptus Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil melewati uji klinis kepada hewan dan manusia dalam mengobati virus SARS CoV-2 atau Covid-19.

Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner, Balitbangtan Kementan Indi Dharmayanti menuturkan, hasil risetnya sangat menggembirakan, zat aktif Eucalyptol dapat menjadi pilihan pengobatan yang potensial.

“Karena berdasarkan hasil uji molekuler docking mampu mengikat Mpro pada virus SARS CoV-2 sehingga sulit bereplikasi,” katanya, di Puslitbang Perkebunan, Bogor, Rabu 5 Mei 2021.

Baca Juga: KPK Umumkan 75 Pegawai yang Tidak Lolos Tes Wawasan Kebangsaan, Refly Harun: Semacam Dejavu Masa Lalu

Menurut Indi, selama setahun terakhir ini bersama tim penelitinya melakukan riset lanjutan terhadap eucalyptus mulai dari uji in vitro, toksisitas, hingga uji klinis, dengan menggunakan virus SARS CoV-2 atau dikenal Covid 19.

Tim yang terdiri dari peneliti Balai Besar Penelitian Veteriner, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Balai Besar Pascapanen Pertanian dan BBP Mekanisasi Pertanian, telah melakukan riset gabungan dengan melibatkan akademisi dan Ikatan Dokter Indonesia.

Hasilnya, sangat membanggakan dan menjadi harapan bagi pengobatan Covid 19 di masa mendatang.

Pengujian tersebut secara umum menunjukkan bahwa bahan tunggal maupun formula eucalyptus Balitbangtan yang diuji dapat menurunkan jumlah partikel dan daya hidup virus SARS-CoV 2, serta mengurangi kerusakan sel akibat infeksi SARS-CoV-2 secara in vitro.

Baca Juga: Saat Remaja Inggris Mendukung Ibunya Berpose Topless dan Mengambil Foto-fotonya di OnlyFans

Hasil penelitian tersebut dinilai berdasarkan peningkatan CT Value uji realtime PCR/rRT-PCR, peningkatan nilai Optical Density uji MTT, dan mencegah munculnya cytophatic effect (CPE) pada kultur sel.

Uji toksisitas per-inhalasi pada mencit tidak menunjukkan perubahan klinis, patologi dan histopatologi pada mencit yang diuji.

Sementara pada uji klinis, manifestasi klinis yang didapatkan, rata-rata durasi gejala pada kelompok yang diberikan eucalyptus lebih baik terutama pada gejala batuk, pilek dan anosmia.

PenelitiaPengujian Eucalyptus, di Puslitbang Perkebunan, Bogor Kementan

Demikian juga pada Nilai Neutrophil-Lymphocyte Ratio/NLR mengalami penurunan dan menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik.

Begitu pula pada gambaran radiologi, secara umum mengalami perbaikan termasuk 5 pasien yang tergolong moderat pneumonia mengalami perbaikan setelah mendapatkan terapi eucalyptus.

“Meskipun berdasarkan uji klinis produk ini dapat membantu mengurangi gejala klinis yang dirasakan penderita Covid-19,” tambahnya.

Baca Juga: Kasus Kematian COVID-19 Tertinggi Ketiga Nasional, Doni Monardo Minta Pemprov Sumsel Evaluasi Penanganannya

Sementara , Ketua Tim Riset Eucalyptus, Fakultas Kedokteran Unhas Arif Santoso, mengatakan  pihaknya harus melakukan terapi ke pasien Covid-19 yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

“Unhas bekerja sama dengan Balitbangtan ingin membuktikan bahwa apa yang terjadi pada pengujian in vitro, uji hewan dan uji laboratorium, kemudian diterjemahkan ke pasien,” paparnya.

Kata dia, eucalyptus sebagai adjuvan artinya obat tambahan. Jadi pasien mendapat obat yang seharusnya dan eucalyptus. Hasilnya lebih baik dibandingkan tanpa eucalyptus.

“Itu yang kami dapatkan. Ke depan, kami akan meneliti dalam jumlah sampel yang lebih sehingga bisa kita aplikasikan secara luas ke masyarakat,” terangnya.***

Editor: Chris Dale

Tags

Terkini

Terpopuler