Network
ISU BOGOR - Pengamat politk Rocky Geurng menyoroti aksi Presiden Jokowi bagi-bagi di Cirebon yang menimbulkan kerumunan.
"Ini semacam gejala kejiwaaan pada beliau sebetulnya. Saya terangkan saja teorinya bahwa orang yang ketagiahan suatu peristiwa yang membahagiakan dia, dia akan ulang lagi," katanya di YouTube Rocky Gerung Official, Kamis 2 September 2021.
Rocky Gerung menilai Jokowi sudah tidak melihat lagi dampak buruknya dari peristwia tersebut.
Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Jokowi Ketagihan Pujian: Orang yang Ketakutan karena Gak Ada Pendukung Lagi
"Dia seolah olah nonton orang miskin dari atas hingga sana dan menganggap itu adalah kegembiraan dia. Ini gejala di dalam kepemimpinan sebetulnya," kata Rocky.
Menurut Rocky, hal tersebut terjadi karena kepemimpinannya tidak mendapat pujian otentik. Akhirnya Jokowi membuat cara sendiri agar orang lain memujinya.
"Dia cari kegembiraan dengan menyaksikan (orang) miskin berduyun-duyun menggeremuni mobil lalu dilempar-lempar bansosnya, lalu ada kegembiraan di situ," sebut Rocky.
Baca Juga: Tagar 'Presiden Gagal Mundurlah' Trending, Netizen: Omongannya Gak Bisa Dipegang Mencla-mencle
Hal itu, lanjutnya, dianggap rakyat mendukung Jokowi.
"Jadi, kita mesti terangkan ini secara jujur dengan kemampuan akademis bahwa presiden terhipnotis oleh ambisinya sendiri untuk melihat bahwa dia masih memimpin," imbuhnya.
"Jadi, ini gejala besar dari kekuasaan yang sedang runtuh sebetulnya," ungkap Rocky Gerung.
Baca Juga: Rocky Gerung Soal Penyintas Rampok Uang Rakyat: Pembusukan KPK Sampai pada Penggunaan Bahasa
Kemudian Rocky melihat kejadian di Cirebon. Ibu-ibu datang dengan anaknya yang akhirnya mencopot masker yang digunakan karena harus berebut bansos dari Jokowi.
"Dan presiden pasti menganggap 'wah saya sangat populis ya dikerumuni orang'. Ya, karena orang miskin. Jadi apapun risiko dia tempuh," sahut Rocky.
Menurut Rocky, baiknya dibagi-bagi langsung ke tempatnya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Panen Pujian Bos Parpol, Rocky Gerung : Ini Semacam Arisan
"Tapi presiden gamau kalau gak ada berita bahwa berita orang berkerumun itu dianggap pujian atas prestasi presiden. Padahl itu berbahaya sekali," pungkasnya.***
