Ungkap Heboh Lampor Keranda Terbang dan Pagebluk, Mbah Mijan: Hati-hati Bisa Berdampak Fatal

14 Juli 2021, 23:19 WIB
Ungkap Heboh Lampor Keranda Mayat dan Pagebluk, Mbah Mijan: Hati-hati Bisa Berdampak Fatal /Tangkapan Layar YouTube Hitz Infotainment

ISU BOGOR - Paranormal Mbah Mijan menjelaskan fenomena hebohnya lampor atau keranda mayat terbang di Malang diduga ada hubungannya dengan Pagebluk (wabah).

"Ternyata soal Keranda Mayat Terbang atau Lampor di Malang, maka mbah mesti melakukan investigasi mendalam (soal Lampor dan Pagebluk)," katanya di Channel YouTube Mbah Mijan, Rabu 14 Juli 2021.

Menurut Mbah Mijan tentang perlu investigasi mendalam soal fenomena ghaib lampor yang kemungkinan ada kaitannya antara Pagebluk yang melanda beberapa wilayah di Indonesia.

Baca Juga: Mbah Mijan Ramal Tentang Amel yang Mirip Nike Ardilla: Setahap Lagi Terkenal

"Ada yang mengatakan ada di Malang, ada yang mengatakan ada di Madura, dan ada beberapa yang mengatakan di Jawa Tengah," kata Mbah Mijan.

Dalam kesempatan itu Mbah Mijan mencoba menjelaskan banyak pertanyaan soal Pagebluk itu apa dan seperti apa dampak mengerikannya?

"Pagebluk adalah bahasa Jawa yang artinya wabah atau epidemi atau penyakit menular yang berbahaya," ungkap Mbah Mijan.

Baca Juga: Mbah Mijan Sebut Peramal Aceh Ramal Mbak You Meninggal Hanya Kebetulan, TIJ: Boleh Sekarang Kita Adu Kesaktian

Bahkan, lanjut Mbah Mijan, dalam riwayat terdahulu, Pagebluk disimbolkan sebagai penyakit mengerikan yang mengakibatkan orang meninggal dunia.

"Orang yang lahir 80-an (1980-an) kesana, pasti sudah terbiasa dengan kalimat 'Isuk loro sore mati', sore loro Isuk mati', sebagai simbol kengerian dampak dari Pagebluk luar biasa," jelas Mbah Mijan.

Artinya, kata Mbah Mijan, pagi sakit sorenya meninggal dunia atau sorenya sakit paginya meninggal dunia.

Baca Juga: Usai Mbak You Meninggal, Peramal Aceh Sindir Mbah Mijan? Teuku Iqbal: Hari Gini Masih Percaya Paranormal

"Bahkan ada yang meyakini Pagebluk disimbolkan dengan Lampor, keranda terbang yang dipikul oleh bangsa jin, bagi siapapun yang melihatnya hati-hati akan berdampak fatal dan bisa menyebabkan kematian," kata Mbah Mijan.

Bahkan, Lampor ini, kata Mbah Mijan ada yang meyakini sebagai Tho'un atau fenomena ghaib ketuk pintu.

"Hati-hati bagi anda yang tiba-tiba saja, pintu rumahnya diketuk karena pada saat Anda berani membukanya, maka Anda akan mati," ungkap Mbah Mijan.

Baca Juga: Mbah Mijan Ungkap bahwa Mbak You Sudah Tahu Tentang Ajalnya Sendiri

Tidak kebayang, kata Mbah Mijan, jika tengah malam tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu.

"Kita nggak mungkin membukanya, karena secara logika, siapa yang mau datang tengah malam, tapi tak mengenal waktu, pagi, siang, sore, malam bahkan hanya diintip dari balik jendela, bisa menyebabkan kematian," tutur Mbah Mijan.

Mbah Mijan menceritakan secara dramatis dan mempertanyakan tentang sosok yang mengetuk pintu.

Baca Juga: Mbak You Meninggal Dunia, Mbah Mijan Sebut Informasi Terakhir Sempat Sesak Nafas dan Punya Penyakit Diabetes

"Malaikat atau jin, Wallahu'alam bishawab," kata Mbah Mijan.

Sebab, jika yang mengetuk itu jin, kata Mbah Mijan, logika manusia yang beragama, jin itu tidak punya kuasa untuk mencabut nyawa.

"Malaikat kah? Nah ini yang sampai detik ini menjadi sebuah misteri," papar Mbah Mijan.

Kemudian Mbah Mijan menceritakan tentang pengalaman dan penglihatan mata batinnya yang mengetuk pintu atau penampakan keranda terbang adalah sebuah simbolik.

"Bahwa kita manusia harus waspada terhadap apapun bentuk bencananya," tegas Mbah Mijan.

Maka dari itu, lanjut Mbah Mijan, diperlukan solusi mengatasi Pagebluk, bahkan teror tentang ketakutan ketuk pintu, versi dulu adalah dengan cara ruwatan.

"Ruwatan berasal dari kata dasar rawat, bahasa Jawa yang artinya bersih-bersih,"
ungkap Mbah Mijan.

Ruwatan artinya sebagai tradisi untuk membuang hal-hal negatif, baik dalam tubuh manusia maupun dalam suatu wilayah (daerah, desa, kota hingga nusantara).

"Indonesia butuh ruwatan massal saat sekarang, walaupun ruwatan sudah tidak relevan oleh zaman," kata Mbah Mijan.

Pandemi maupun Epidemi, wabah atau pagebluk, kata Mbah Mijan itu sudah ada sejak zaman dulu kala.

"Dan cara mengantisipasinya sudah dilakukan oleh leluhur kita dengan ruwatan. Ruwatan bisa dimaknai tunggal, bisa juga dimaknai majemuk," tutur Mbah Mijan.

Tunggal untuk membersihkan atau ruwatan diri sendiri dan majemuk itu ruwatan massal. Ada juga, kata Mbah Mijan, ruwatan Ndeso.

"Artinya membersihkan suatu desa atau wilayah dari hal-hal yang negatif yang sifatnya buruk, bahkan memburuk," paparnya.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler