2 Warga Bogor Kembali Dilaporkan Meninggal Akibat Corona, Bima Arya: 32 Persen dari Klaster Keluarga

- 6 Oktober 2020, 07:31 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut penularan corona di Kota Bogor didominasi dari klaster keluarga. Itu diungkapkan dalam keterangan pers di Balaikota Bogor, Senin 5 Oktober 2020
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut penularan corona di Kota Bogor didominasi dari klaster keluarga. Itu diungkapkan dalam keterangan pers di Balaikota Bogor, Senin 5 Oktober 2020 /Prokompim

ISU BOGOR - Jumlah kasus meninggal akibat positif Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota Bogor terus meningkat jadi 51 orang. Bahkan data terbaru Senin 5 Oktober 2020, dilaporkan dua orang meninggal dunia, dan itu berasal dari klaster keluarga.

Wali Kota Bogor Bima menjelaskan, dengan demikian total kasus Covid-19 di wilayahnya tercatat hingga saat itu telah menembus 1.387 orang, terdiri dari selesai atau sembuh 941 orang, meninggal 51 orang dan masih sakit 395 orang.

“118 diantaranya berasal dari klaster keluarga. Namun kalau didalami lagi, kita akan mendapatkan data yang saya kira sangat penting, yakni 32 persen dari klaster keluarga di Kota Bogor itu disebabkan oleh tempat kerja atau perkantoran. Jadi, yang terpapar di keluarga ini adalah terpapar di perkantoran,” jelas Bima Arya.

Baca Juga: Kasus Positif Corona di Kabupaten Bogor Tembus 1.963 Orang, Rumah Sakit di Bogor Mulai Penuh

Baca Juga: RS Corona di Bogor Mulai Penuh, Ini 13 Strategi Bupati Ade Yasin

“Lalu 29 persen dari fasilitas kesehatan, kemudian dari Jakarta dan luar kota itu 19 persen, acara-acara keluarga 4 persen, transmisi lokal artinya dari pemukiman itu 7 persen, transportasi 2 persen, sedangkan dari mall, kantin dan minimarket masing-masing 3 persen. Artinya, saat ini yang paling berbahaya adalah klaster perkantoran,” tambah Bima.

Sementara dari tempat umum seperti rumah makan atau restoran itu persentasenya kecil. “Jadi protokol kesehatan di rumah makan, restoran dan tempat umum relatif sudah lebih baik, disiplinnya sudah lebih baik. Artinya warga berinteraksi secara terbatas, waktunya terbatas, menjaga jarak dan tetap ada protokol kesehatan. Inilah yang sering saya sampaikan bahwa data penting untuk menentukan kebijakan,” kata Bima.

Bima menilai, sektor perkantoran memiliki risiko penularan yang cukup tinggi karena para karyawan berada dalam satu ruangan tertutup secara bersama-sama dari pagi, siang, sore bahkan malam, lepas maker dan lain sebagainya.

Baca Juga: Buruan, Mulai Oktober Bayar Pajak Kota Bogor ada Diskon dan Bebas Denda

“Dan ditengarai kantin-kantin perkantoran bisa menjadi sumber penularan. Karena itu kami mengimbau kepada seluruh warga Bogor yang bekerja di kantor, kita pastikan lagi WFH (bekerja dari rumah) 50 persen agar ditaati, dibatasi rapat didalam ruangan, diperhatikan ventilasinya, sebaiknya membawa makanan sendiri dari rumah sehingga tidak harus berkumpul di kantin,” tandasnya.

Bima Arya juga menyampaikan informasi terkait kriteria dan definisi zona merah di Kota Bogor. “RW dikatakan zona merah apabila ada minimal satu kasus positif di RW tersebut. Sedangkan kelurahan dinyatakan zona merah apabila ada minimal 50 persen jumlah RW yang merah. Saat ini ada 7 kelurahan merah (dari 68 kelurahan se-Kota Bogor) dan untuk RW ada 178 RW merah (dari total 797 RW se-Kota Bogor),” beber Bima.

“Di RW merah inilah kebijakannya dilakukan restriksi terhadap kegiatan ekonomi. Namun demikian, resto yang di RW merah ini juga masih harus di cek lagi oleh Dinkes dan aparatur di wilayah. Artinya apabila lokasi rumah makan betul-betul berada dipemuikaman yang risiko tinggi, tentu tidak dibolehkan untuk buka."

"Tapi kalau lokasinya berjauhan, masih memungkinkan untuk buka. Atau lokasinya masuk ke dalam zona merah tapi aksesnya tidak langsung dengan permukiman, ini masih memungkinkan untuk buka. Di lihat kasus per kasusnya. Tidak bisa disamaratakan semua tidak boleh dibuka. Sekali lagi pengawasannya berbasis mikro,” tambahnya.

Baca Juga: Cetak Sejarah Dibantai di Liga Inggris, Pendukung Man United Minta Ed Woodward Pelit Segara Dipecat

Selain itu, Pemkot Bogor juga tengah menyiapkan hotel untuk dijadikan tempat isolasi bagi para pengidap positif Covid-19, khususnya yang tanpa gejala.

“Dananya semua akan diajukan ke BNPB, sekarang sedang di review dulu oleh inspektorat terkait standar biayanya. Sesegera mungkin kami ajukan ke BNPB, saya sudah berkomunikasi dengan Kepala BNPB Pak Doni Monardo dan juga Ketua PHRI Nasional Pak Hariyadi Sukamdani,” ungkap Bima.

Saat ini, bed occupancy ratio Kota Bogor ada di angka 53,1 persen atau sudah membaik dari sebelumnya yang sempat mencapai 60 persen (ambang batas WHO).

Baca Juga: Ini Optimisme Bima Arya Soal Karantina OTG di Hotel

“Jumlah tempat tidur isolasi ada 341. Yang di Lido pun sekarang sudah banyak, ada 20 kasus yang dirawat di Lido. dua sudah sembuh dari sana. Apabila ditambah satu hotel lagi maka nanti angkanya akan semakin membaik,” kata Bima.

Bima juga memerintahkan Tim Elang untuk fokus juga mengawasi sektor perkantoran.

“Tim Elang bersama-sama TNI/Polri sesuai dengan kesepakatan Forkopimda akan fokus juga mengawasi protokol kesehatan di perkantoran."

"Karena kita melihat sumber utamanya di perkantoran. Karena itu treatment kita, konsentrasi kita harus diarahkan ke dua hal tadi, pemukiman dan perkantoran. Karena data menunjukan, bahwa tempat-tempat umum, pasar, mall, rumah makan dan restoran, ini sedikit sekali. Relatif protokol kesehatannya bisa ditaati,” pungkasnya.***

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x